Tentu saja kondisi Jalan Titihan semakin ramai, apalagi bila ada tamu, seleb atau pejabat yang diwawancarai Deddy Corbuzier. Bahkan saat Wapres Maruf Amin live di Studio C Jl Titihan itu, bukan hanya rame, tapi terjadi kemacetan warbiasa.
Bukan hanya macet, arus pun seperti biasa dialihkan. Waktu itu, saya yang kebetulan akan pulang ke Bandung pun, arusnya dialihkan, tidak bisa melewati Jl Titihan, harus moncor lewat kampung.
Ternyata, lahan kosong yang ditunjuk Mang Ratim, juga kini sudah berdiri bangunan yang lebih megah dan juga menjadi studio Deddy Corbuzier, berdempeten dengan yang lama yang bertuliskan Studio C. Bedanya di bangunan baru yang lebih bagus dan megah itu tertulis #Clsosethedoor. Lengkapnya #Closethedoor Corbuzier Podcast.
Sebenarnya saya kurang tertarik dengan Deddy Corbuzier, terutama pada saat awal kariernya sebagai pesulap yang sering memoles sebagian kepala dan wajahnya dengan warna hitam. Tidak tahu mengapa, tapi saya menilai mengada-ngada. Tapi dengan cara itu memang sangat sukses.
Baca Juga: Memakmurkan Masjid : Usai Salat Subuh, Jemaah Al Ikwan akan Memperoleh Ayam Gelondongan
Namun setelah melihat Mang Ratim yang tetap diijinkan berjualan depan Studionya, saya jadi simpati juga dan respek. Deddy Corbuzier tidak mengutik apalagi mengusir para pedagang yang sudah mengais rejeki selama puluhan tahun.
Sepintas memang kontras, sebuah studio berbendera raksasa, #Closethedoor Corbuzier Podcast, dengan tamu pilihan yang berkendaraan mewah, dihiasi dengan pedagang gerobak tradisional seperti Mang Ratim dan rekan-rekannya.
Baca Juga: Ingin Mencoba Naik Jet Pribadi? Ini Harga dan Cara Sewanya
Bagi Mang Atim yang saya temui Selasa 7 Maret 2023, sambil minum Cingcau seharga Rp 5.000 per gelas, menyebut kehadiran Studio Deddy Corbuzier, #Closethedoor Corbuzier Podcast ada hikmahnya.