In Memoriam Yayat Hendayana: Dahaga, Asa dan Makna

- 26 Juli 2023, 17:03 WIB
Dr. Yayat Hendayana (kanan) Bersama Hernawan rekan  serprofesinya sebagai Wartawan  HU Pikiran Rakyat./iW
Dr. Yayat Hendayana (kanan) Bersama Hernawan rekan serprofesinya sebagai Wartawan HU Pikiran Rakyat./iW /

oleh: Imam Wahyudi (iW) 

BERITA duka menyeruak. Kang Yayat Hendayana (80 tahun) wafat. Sosok flamboyan itu telah tiada. Meninggalkan kesan yang dalam. Bukan cuma wartawan dan budayawan yang sarat prestasi. Melegenda di antara peran intelektual. Kejaran prestasi akademis, justru direngkuh pada usia rehat panjang alias pensiun.

Saat di antara sejawatnya terlelap sepi, dia tampak menggeliat. Mengejar asa tersisa. Tak nyana menapaki tapak studi. Langkah sepi yang tak mudah, ketika rentang panjang tersita. Tujuh tahun silam, meraih gelar doktor bidang sastra. Saat usia senja, 73 tahun. Capaian prestasi luarbiasa.

Belum genap dua pekan lalu, kami berkisah akan sosok yang murah senyum ini. Saya, Hernawan, Otang Fharyana, Bagoes Illen dan Husni Agus. Serba lintas seputar harapan melanjutkan kiprah Komunitas Wartawan Senior (KWS) Jawa Barat. Saya niat kontak Kang Yayat untuk rencana peralihan. Tak kesampaian, hingga kabar duka hari ini, Rabu, 26 Juli 2023.

Baca Juga: Spoiler Jujutsu Kaisen 230: Lanjutan Pertarungan Satoru Gojo vs Ryomen Sukuna

Temu kangen alumni PR di Dago Heritage, 01 Maret 2020 -- menjadi kenangan. Tak menduga, kang Yayat meluangkan hadir. Seuntai kata meluncur lewat suara bersahaja. Tampak sumringah, setelah lama tak jumpa. Terakhir, kami (bersama sohib Hernawan) berkunjung ke rumah almarhum pada akhir 2021. Masih tampak bugar di antara ungkapan kata dan makna. Lagi-lagi, mengalirkan rasa bersahaja.

Terlahir di Bandung, 07 Juni 1943 -- kang Yayat lebih kental dan dikenal sebagai sastrawan. Kiprah budayawan yang merambah area wartawan. Aktor pentas teater yang tak surut menatap bidang studi sastra. Berlatar pendidikan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran. Lanjut International Institue for Journalism (IIJ) Berlin, Jerman, atas beasiswa Unesco.

Sy mengenalnya dlm bingkai prestasi berkelanjutan. Piawai dalam olah kata dan opini Tajuk Rencana "Pikiran Rakyat". Bersahaja di antara langkah kakinya dan bertata kata. Tak kecuali, saat menjadi Ketua PWI Jabar (1984-1989). Dalam spasi obrolan, dia mampu mengurai kata dan kalimat kepada stafnya. Itulah transkrip yang esok harinya menjadi materi diskusi forum wartawan. Era 1980-dan, tentu saja -- saya masih ecek-ecek di ketiak kewartawanan. Kang Yayat pula yang merilis slogan : Saya Hanyalah Kuli Tinta..!

Halaman:

Editor: Otang Fharyana

Sumber: Tulisan Opini


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x