Konten Provokatif Merajalela di Media Sosial, Pemimpin Dunia Gencar Menyuarakan Isu anti-Islam

- 12 September 2020, 07:15 WIB
Ilustrasi media sosial.
Ilustrasi media sosial. //Pixabay

PR CIREBON - Pakar politik Muhammad Najib mengatakan gejala Islamophobia di Eropa yang semakin kuat dipengaruhi oleh media sosial.

Pasalnya, media sosial menjadi sarana mudah di mana konten provokatif dapat menjangkau setiap lapisan warga Eropa. 

Dalam Pengajian Umum PP Muhammadiyah daring bertema "Islam dan Islamofobia di Eropa", Jumat malam, Najib mengatakan dalam 20 tahun terakhir Islamophobia di Eropa semakin menunjukkan gejala negatif seiring pertumbuhan medsos.

Baca Juga: Sepatu Roda hingga Tenis Meja, 5 Olahraga Berikut Menjadi Tren Saat Masa Pandemi Covid-19

"Media sosial yang membuat masyarakat menengah ke bawah dan golongan atas sama dalam mendapatkan informasi, kadang tanpa batas sehingga dapat terprovokasi," katanya, sebagaimana diberitakan Warta Ekonomi dalam artikel berjudul Medsos dan Politikus Busuk Bikin Isu Anti Islam Makin Kuat.

Ia mengatakan medsos sering menjadi media baru untuk menuangkan berbagai ide-ide termasuk menebar kebencian terhadap Islam (Islamophobia).

Dengan begitu, kejadian penistaan Islam di negara-negara Skandinavia tidak terlepas dari peran media sosial.

Baca Juga: Abadi dalam Ingatan dan Populer, Simak 5 Fakta Menarik Film Musikal Anak 'Petualangan Sherina'

Di banyak negara termasuk Eropa, sejumlah politisi juga memperkuat narasi Islamophobia demi meraih jabatan dan atau simpati. Dengan tujuan meraih dukungan massa para tokoh politik menghembuskan isu-isu populis anti-Islam.

Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat (AS). Presiden Donald Trump saat berkampanye memanfaatkan isu supremasi kulit putih. Isu-su identitas dikembangkan guna meraih simpati publik AS, termasuk mendiskreditkan Islam.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x