Peringati Tahun ke-3 Bentrokan dengan Militer Myanmar, Pengungsi Rohingya Lakukan Aksi Bungkam

- 26 Agustus 2020, 10:05 WIB
Pengungsi Rohingya
Pengungsi Rohingya / Sk Hasan Ali / Shutterstock

PR CIREBON - Pengungsi Rohingya di Bangladesh melakukan aksi bungkam untuk memperingati tahun ketiga bentrokan yang terjadi antara pemberontak dengan pasukan keamanan Myanmar, memicu eksodus besar-besaran kelompok minoritas itu ke negara tetangga.

Lebih dari 1 juta warga Rohingya tinggal di pemukiman pengungsi terbesar di dunia di Bangladesh selatan, sebagian tidak memiliki kewarganegaraan dan hak-hak miliknya, juga hanya ada sedikit kemungkinan mereka bisa kembali ke Myanmar.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters, tiga tahun lalu, pemberontak Rohingya melakukan penggerebekan terhadap 30 pos polisi dan pangkalan militer di Negara Bagian Rakhine Myanmar, menewaskan sedikitnya 12 anggota pasukan keamanan.

Baca Juga: Target 296 Ribu Lapangan Kerja, Presiden Jokowi Sebut Aceh Bisa Jadi Episentrum Ekonomi di Sumatera

Sebagai aksi balasan, militer Myanmar melakukan tindak kekerasan yang memaksa 730.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh karena ditakutkan diberangus oleh pasukan militer negara tersebut.

Karena virus Corona, para pengungsi mengatakan bahwa mereka tidak akan mengadakan pertemuan massal untuk menandai apa yang mereka sebut "Hari Peringatan".

Pihak berwenang mengatakan 88 kasus virus Corona baru telah ditemukan di kamp-kamp tersebut dan enam orang telah meninggal.

Baca Juga: Luhut Berniat Tarik Investor Jepang, Sebut Indonesia Lebih Baik ketimbang Negara Setara Lain

"Kami diusir secara paksa dari tanah air kami ke kamp pengungsi terbesar di dunia," kata kelompok Rohingya dalam sebuah pernyataan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan tindakan keras oleh militer Myanmar dilakukan dengan maksud genosida atau pemberangusan terhadap muslim minoritas tersebut.

Namun, Myanmar membantahnya, mengatakan bahwa pasukan mereka terlibat dalam kampanye sah melawan pemberontak Rohingya, menyalahkan pemberontak tersebut atas sebagian besar aksi kekerasan termasuk pembakaran desa.

Baca Juga: Serupa Tak Bercermin, Masyarakat Diminta Patuhi Protokol Kesehatan saat Rapat Menteri Tanpa Masker

Para pengungsi mengatakan Rohingya telah menghadapi 'genosida tersembunyi' di Myanmar, selama beberapa dekade dan mereka meminta PBB dan organisasi lain untuk mengumumkan apa yang terjadi pada genosida tahun 2017.

"Tolong berdiri dengan Rohingya yang tidak bersalah, dan semoga kami bisa kembali ke rumah kami," kata mereka dalam pernyataan itu.

Sementara itu, Bangladesh mengatakan akan segera mencabut larangan internet seluler berkecepatan tinggi di kamp-kamp yang diberlakukan pihak berwenang dengan alasan kekhawatiran bahwa media sosial akan digunakan untuk menimbulkan kepanikan.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x