Ekonomi Korea Utara yang masih terkena sanksi, semakin terpukul oleh penguncian perbatasan yang diberlakukan untuk mencegah wabah virus corona. Bahkan, kondisi ini berpotensi mengancam basis dukungannya di antara para elit dan militer.
Baca Juga: Demi Temukan Vaksin Corona, Tiongkok Sediakan Lebih dari 20 Ribu Kera Percobaan hingga Stok Menipis
Sehingga menurut para pengamat, Kim Jong-Un akhirnya memutuskan menyerang sekutu AS, Korea Selatan sebagai upaya peringatan terhadap AS yang membiarkan perundingan terhenti di tengah jalan.
Melansir dari Reuters, seorang mantan sekretaris kebijakan luar negeri presiden Korea Selatan, Chang Ho-jin mengamati aksi Kim ini sedang terus didiamkan oleh Trump karena provokasi militer hanya akan berakibat lebih besar.
"Trump dapat merasakan kebutuhan untuk berbicara dengan Korea Utara untuk mengelola situasi untuk saat ini, dan secara terbuka mengklaim bahwa ia telah menangkal kemungkinan provokasi militer yang mengancam Kim," kata Chang Ho-jin, mantan sekretaris kebijakan luar negeri presiden Korea Selatan.
Baca Juga: Ketegangan di Lembah Galwan Membara, Tubuh Tentara India Ditemukan Telah Dimutilasi
Kemudian, Chang juga mengungkapkan bahwa meningkatnya ketegangan dua Korea itu, dapat dimaksudkan agar Korea Selatan akan mendorong lebih keras membebaskan sanksi untuk proyek-proyek ekonomi bersama yang sejauh ini sulit dipahami.
Sedangkan seorang sumber diplomatik di Seoul mengatakan, para pejabat AS yang termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Stephen Biegun telah memimpin negosiasi dengan Korea Utara.
Dalam arti lain, AS bersedia melakukan 'upaya terakhir' perundingan itu, sebelum pemilihan AS tiba nanti akan membuat Washington beralih ke mode pemilihan penuh.
Baca Juga: Rayakan Juneteenth karena Hak Sipil Belum Berakhir, AS: Sejarah Hitam adalah Sejarah Amerika