Agresif Olok AS, Media Tiongkok Berani Kutuk Rezim Trump sebagai Kapitalis Biadab yang Serakah

- 20 Juni 2020, 12:38 WIB
ILUSTRASI media online.
ILUSTRASI media online. /Pixabay/geralt/

Baca Juga: Arloji Emas yang Dicicil Raja George di Tahun 1808 Dilelang

"Bangsa kita sangat istimewa dan itu adalah negara terbesar dalam sejarah peradaban," demikian bunyi pernyataan Pompeo selama konferensi pers pada hari Rabu.

Kemudian, pernyataan Pompeo itu ditanggapi dengan narasi kecaman yang ditulis Global Times. Dalam detailnya, media pemerintah Tiongkok itu seolah mengejek AS karena dengan mengatakan AS sebagai negara istimewa, maka itu juga menyatakan AS menghormati setiap manusia.

Namun yang terjadi justru kebalikannya, Global Times menganggap AS lupa caranya menghormati hak manusia yang lebih dari 2 juta orang itu dan membiarkan mereka terinfeksi dengan 112 ribu orang telah tewas karena Covid-19 tersebut.

Baca Juga: Hadapi Lonjakan Kasus Virus Corona, Negara Bagian AS Mandatkan Penggunaan Masker Wajib

"Apakah ini tentang bagaimana AS menghormati hak-hak lebih dari 2 juta orang yang terinfeksi dan sekitar 112.000 orang yang meninggal karena COVID-19?" demikian bunyi narasi dalam surat kabar pengikut pemerintah Tiongkok tersebut, sehingga menyimpulkan tuduhan Washington lebih memprioritaskan ekonominya atas kehidupan masyarakat.

Seolah tak cukup, narasi yang ditulis berlanjut dengan menyoroti pasar saham AS yang memang telah normal kembali, tetapi ini tak sejalan dengan epidemi yang masih belum jelas.

"Pasar saham AS telah pulih tetapi tren situasi epidemi masih belum jelas. Adakah yang melihat pemimpin AS memperingatkan orang untuk lebih fokus mengendalikan epidemi?" demikian bunyi narasi yang menyoroti pasar saham AS tersebut

Baca Juga: Istri Terpidana Mantan Bupati Masuk Nominasi Terkuat Cawabup, Imron Angkat Bicara Soal Rekomendasi

Dalam arti lain, Global Times mengklaim sikap AS untuk mempertahankan pasar saham ini hanya untuk menutupi sistemnya, sehingga masyarakat tetap menganggap semua akan baik-baik saja karena ekonomi tetap normal.

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x