Kelangkaan gandum dibicarakan Presiden Jokowi dalam pertemuan G7. Jokowi minta dukungan berbagai negara agar Ukraina fasilitasi ekspor komoditas tersebut./pikiran-rakyat.com /
SABACIREBON-Masalah pokok tentang komoditas dunia mulai dibicarakan Presiden Jokowi.
Perang Ukraina Rusia telah menyebabkan tersendatnya aliran gandum (pangan) dari Ukraina kepada negara-negara yang selama ini sangat tergantung pada komditas tersebut.
Padahal komoditas tersebut sangat diperlukan, baik sebagai kebutuhan pokok manusia maupun ternak.
Ukraina selama ini dikenal sebagai pamasok utama gandum. Perang ini menyebabkan aliran gandum keluar Ukraina menjadi tersendat karena Rusia memblokir pelabuhan di Ukraina.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo dalam pertemuan negara-negara G7 meminta dukungan dari negara-negara G7 untuk memfasilitasi ekspor gandum dari Ukraina segera berjalan agar lancar agar rantai pasok pangan akibat dampak perang kembali normal.
Hal itu dikatakan Presiden dalam sesi kedua KTT G7 di Elmau, Jerman di mana Presiden Joko Widodo (Jokowi) memfokuskan isu pangan pada pernyataannya.
"Tentunya diperlukan dukungan dari G7 memfasilitasi ekspor gandum Ukraina agar dapat segera berjalan," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers yang diberikan secara virtual melalui akun YouTube dan disaksikan dari Jakarta, Selasa, seperti yang dilaporkan Antara.
Menlu Retno mengatakan bahwa Presiden menyampaikan pentingnya dukungan dari negara-negara G20 untuk melakukan reintegrasi ekspor gandum dari Ukraina, serta ekspor komoditas pangan dan pupuk dari Rusia ke dalam rantai pasok global.
Oleh karena itu, Presiden memandang ada dua cara untuk melakukannya, yakni pertama memfasilitasi ekspor gandum Ukraina. Kedua, Presiden juga memandang pentingnya mengkomunikasikan kepada dunia bahwa komoditas pangan dan pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi.
Presiden menilai bahwa komunikasi yang intensif ini diperlukan agar tidak terjadi keraguan berkepanjangan dari publik internasional.
"Komunikasi yang intensif juga perlu dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait seperti bank, asuransi, perkapalan, dan lain-lain," kata Presiden melalui Menlu Retno.
Kepala Negara juga menegaskan bahwa dampak perang Ukraina-Rusia terhadap rantai pasok pangan dan produktivitas pangan melalui pupuk sangatlah nyata.
Jika gagal menanganinya, lanjut Presiden, krisis atau kelangkaan beras yang menyangkut dua miliar manusia, terutama di negara berkembang dapat terjadi.
Selain menghadiri KTT G7 sebagai partner countries, Presiden juga melakukan sekitar sembilan pertemuan bilateral dengan pimpinan Negara India, Prancis, Kanada, Jerman, Inggris, Jepang dan Uni Eropa serta pejabat IMF.
Isu terkait rantai pasok pangan dunia pun tidak luput dibahas oleh Presiden Jokowi di hampir semua pertemuan bilateral itu.***