Pfizer mengatakan 306 orang yang diberi dosis ketiga vaksinnya antara lima dan delapan bulan setelah suntikan kedua mereka menunjukkan tingkat antibodi penetral sebanyak 3,3 kali lebih tinggi.
Studi tersebut, yang rinciannya belum dipublikasikan, juga menemukan bahwa efek samping ringan dari suntikan ketiga mirip dengan reaksi dosis kedua.
Baca Juga: Bantah Teori Kebocoran Virus Covid-19 di Negaranya, Tiongkok Minta WHO Selidiki Laboratorium AS
Para ilmuwan terus memperdebatkan apakah tingkat antibodi yang berkurang menunjukkan bahwa dosis booster vaksin Covid-19 memang perlu diberikan secara luas, meskipun beberapa negara telah melakukannya.
Israel, misalnya, mulai meluncurkan booster pada awal Agustus untuk warga yang lebih tua dan minggu ini memperluas ke orang-orang dengan usia 30-an.
Mereka mengatakan suntikan itu membantu meningkatkan perlindungan terhadap varian Delta yang sangat menular dari virus Corona.
Namun, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan data tentang manfaat dan keamanan suntikan booster vaksin Covid-19 tidak meyakinkan.
Badan kesehatan tersebut menyerukan penundaan dalam meluncurkan suntikan booster.
Alih-alih memberikan dosis booster, WHO meminta tingkt vaksinasi yang lebih tinggi di negara-negara yang belum menerima suntikan pertama atau kedua.