Taliban Ambil Alih Afghanistan, Arab Saudi serta Iran dan Irak Lakukan Pergerakan Serius

- 20 Agustus 2021, 17:45 WIB
Iran dan Arab Saudi akan menyampingkan permasalahan mereka demi menangkal ancaman Taliban di Timur Tengah.
Iran dan Arab Saudi akan menyampingkan permasalahan mereka demi menangkal ancaman Taliban di Timur Tengah. /REUTERS/Stringer

PR CIREBON - Kebangkitan Taliban dengan mengambil alih Afghanistan tampaknya memberikan dampak serius bagi Arab Saudi, Irak, dan Iran.

Ternyata kebangkitan Taliban memberikan tekanan kepada Iran dan Arab Saudi yang mengakibatkan dua negara rival tersebut bersatu.

Semenjak Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya dari Afghanistan, Iran dan Arab Saudi diketahui bersatu untuk menghadapi ancaman bersama.

Baca Juga: Jokowi Kunjungi Pabrik Pengolahan Porang di Madiun, Apa itu Porang? Simak Penjelasannya

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari asia.nikkei, setelah bertahun-tahun berseteru, Iran dan Arab Saudi mulai meningkatkan kerjasama dan meredam perselisihan lama mereka.

Hal ini dipicu dengan pengambilalihan Taliban di Afghanistan yang berpotensi untuk menyebarkan kekacauan di luar Asia Tengah dan juga wilayah Timur Tengah.

Sebagai kunci dari kekuatan di Timur Tengah, Iran dan Arab Saudi melihat Taliban sebagai ancaman bersama.

Baca Juga: Protes Digelar di Beberapa Kota Afghanistan Usai Pengambilalihan, Taliban Serukan Persatuan

Keadaan semakin serius setelah AS berencana untuk menarik pasukan mereka dari Irak.

Dampaknya Arab Saudi, Iran, dan Irak berusaha bekerja sama untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang tersisa di wilayah tersebut.

Dikabarkan, Irak telah mengundang Iran dan Arab Saudi untuk hadir ke konferensi di Baghdad bulan ini.

Baca Juga: Little Mix Umumkan Album Baru 'Between Us' untuk Merayakan Anniversary ke-10

Presiden Iran, Ebrahim Raisi mengatakan kepada Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi, dia akan hadir dalam pembicaraan pada hari Selasa, 24 Agustus 2021.

Meski begitu, ternyata pemerintah Arab Saudi belum menanggapi atau memberikan komentar mengenai hal tersebut.

Selain Iran dan Arab Saudi, Irak juga telah mengundang perwakilan dari Uni Eropa, Turki, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Mesir ke pertemuan mendatang.

Baca Juga: Anthony Mackie Terdaftar untuk Mengisi Peran Utama dalam Film 'Captain America 4'

Sebelumnya, pejabat tinggi Iran dan Arab Saudi telah mengadakan pembicaraan di Irak pada bulan April lalu.

Berbeda dari sebelumnya, dialog yang akan dibahas di Baghdad, Irak nanti sepertinya akan lebih intens dan serius.

Situasi di Afghanistan kemungkinan akan menjadi topik utama dalam diskusi, karena pengambilalihan Taliban berpotensi menghidupkan kembali gerakan Islam radikal di Asia Tengah dan Timur Tengah.

Baca Juga: Yonghee CIX Dikonfirmasi Jadi Lawan Main Yerin Eks GFRIEND dalam Web Drama Korea 'Witch Shop Reopening'

Presiden Irak pada minggu ini menyatakan dukungan untuk melakukan rekonstruksi di Afghanistan setelah ‘kekalahan’ AS.

Iran mengungkapkan sangat prihatin dengan pengaruh Taliban yang tumbuh dan mengutuk ideologi ekstremis kelompok tersebut.

Diantaranya adalah melarang perempuan dari sekolah dan bekerja di luar rumah. Iran sendiri sejak Revolusi Iran 1979 terus mendorong partisipasi perempuan diantara masyarakat.

Baca Juga: Akui Simpan Bom dalam Truk di Dekat Capitol AS, Pria Pendukung Trump Ini Ditangkap Polisi

Pada dasarnya, Taliban mengikuti bentuk radikal Islam Sunni yang dominan di Arab Saudi.

Karena itu tidak heran kalau Arab Saudi mengakui mendukung pemerintah yang dikendalikan Taliban di Afghanistan sebelum serangan teroris 9/11.

Tetapi Putra Mahkota Mohammed bin Salman sekarang memajukan upaya modernisasi di negaranya.

Baca Juga: Bocoran Drakor The Penthouse 3: Logan Lee dan Cheon Seo Jin Bersitegang

Sehingga muncul kekhawatiran bahwa masyarakat yang berubah dapat mendorong kaum radikal yang tidak puas ke pelukan kelompok-kelompok seperti Taliban.

Sudah bukan rahasia lagi kalau Iran dan Arab Saudi bukanlah negara yang akrab. Iran dan Arab Saudi memutuskan hubungan pada 2016 setelah Riyadh mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka.

Konflik proksi yang mengikutinya, seperti perang saudara di Yaman dan gejolak politik di Lebanon terus membayangi  keamanan di Timur Tengah.

Baca Juga: Salah Satunya Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh, Inilah Berbagai Manfaat Tidur Siang untuk Kesehatan

Terperangkap di tengah-tengah dua pendukung utamanya, Irak mendesak negara-negara untuk memperbaiki diri.

Arab Saudi juga dipaksa untuk mengevaluasi kembali kebijakan diplomatik dan keamanannya mengenai Iran setelah kepergian Presiden AS, Donald Trump.

Ketika fasilitas minyak Arab Saudi diserang pada 2019, AS menyalahkan Iran yang tidak mengambil tindakan balasan.

Baca Juga: Ini Dia Pekerjaan Terbaik untuk Zodiak Scorpio, Menurut Astrologi

Di sisi lain, Tiongkok dan Rusia sama-sama ingin memperluas pengaruh mereka di Timur Tengah.

Ditambah lagi ada kemungkinan terpengaruhnya konflik Israel-Palestina.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Nikkei Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah