Serta, total 55 juta orang terpaksa pindah pada akhir tahun 2020 lalu.
Jumlah migran iklim cenderung diremehkan secara signifikan karena data yang tidak lengkap.
Perubahan iklim menyebabkan kejadian cuaca yang lebih sering dan intens.
Bertentangan dengan ketakutan akan migrasi lintas batas massal, banyak pengungsian berskala kecil dan terlokalisasi, menurut laporan tersebut.
Adapun kerugian yang timbul secara ekonomi mencapai sekitar 20,5 miliar dolar AS atau setara 294 miliar Rupiah secara global pada tahun 2020.
Baca Juga: Rusia Tawarkan Kerjasama di Bidang Tenaga Nuklir dan Reaktor Berkapasitas Kecil pada Arab Saudi
Diketahui di tahun 2020, negara-negara padat penduduk seperti China, India, Filipina, dan Bangladesh dilanda topan hebat, hujan monsun, dan banjir.
Sementara 1,7 juta orang mengungsi di Amerika Serikat selama musim badai Atlantik paling aktif yang tercatat.
Jumlah tertinggi sepanjang masa ini tercatat bahkan ketika penyebaran Covid-19 menghambat kemampuan organisasi kemanusiaan untuk mendaftar dan membantu orang-orang terlantar, dalam laporan Bloomberg tersebut.***