Peluncuran Long March minggu lalu adalah penyebaran kedua dari varian 5B sejak penerbangan perdananya pada Mei 2020.
Baca Juga: Suka Makanan Khas Korea? Simak Resep Membuat Japchae Berikut Ini
Tahun lalu, potongan dari Long March 5B pertama jatuh di Pantai Gading, merusak beberapa bangunan. Tidak ada korban luka yang dilaporkan.
"Negara-negara antariksa harus meminimalkan risiko terhadap orang dan properti di Bumi dari masuknya kembali objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi tersebut," kata administrator NASA Bill Nelson dalam sebuah pernyataan setelah masuk kembali.
"Jelas bahwa Tiongkok gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing luar angkasa mereka," sambungnya.
Baca Juga: Gelombang Covid-19 di India Semakin Gawat, Diploma Asing Mulai Pergi Meninggalkan Kedutaan
Dengan sebagian besar permukaan bumi tertutup oleh air, kemungkinan daerah berpenduduk di darat menjadi rendah, dan kemungkinan cedera bahkan lebih rendah, menurut para ahli.
Tetapi ketidakpastian atas kerusakan orbit roket dan kegagalan China untuk mengeluarkan jaminan yang lebih kuat menjelang masuk kembali memicu kecemasan.
Selama penerbangan roket tersebut, astrofisikawan yang berbasis di Harvard, Jonathan McDowell mengatakan bahwa zona puing potensial bisa jadi sejauh utara New York, Madrid atau Beijing, dan sejauh selatan Chili dan Wellington, Selandia Baru.