Presiden Chad Idriss Deby Meninggal dalam Bentrokan dengan Pemberontak, Satu Hari Setelah Ia Menang Pemilihan

- 21 April 2021, 14:30 WIB
Presiden Chad Idriss Deby meninggal dunia pada saat melakukan kunjungan di hadapan para pemberontak, sehari setelah ia menang pemilihan.*
Presiden Chad Idriss Deby meninggal dunia pada saat melakukan kunjungan di hadapan para pemberontak, sehari setelah ia menang pemilihan.* /REUTERS/Regis Duvignau/Pool

PR CIREBON- Presiden Chad Idriss Deby meninggal dunia di garis depan saat melawan para pemberontak, kata komandan militer negara itu.

Presiden Idriss Deby, meninggal diusia 68 tahun karena luka yang dideritanya dalam kunjungan ke garis depan kampanye melawan pemberontak di Chad utara, kata militer di televisi dan radio nasional pada hari Selasa.

Penyebab pasti kematian Presiden Chad Idriss Deby, belum dapat segera dikonfirmasi secara independen karena lokasinya yang terpencil, tetapi militer mengatakan dia telah mengambil "kepemimpinan heroik dalam operasi tempur melawan teroris yang datang dari Libya".

Baca Juga: Taemin SHINee Ungkap Tanggal Resmi Dirinya Wamil, Shawol: Bagaimana Ini Bisa Terjadi?

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Sky News, Bedy, salah satu pemimpin penguasa terlama di Afrika, mengambil lebih dari 79% suara, menurut hasil resmi, tetapi para pemimpin oposisi memboikot pemungutan suara 11 April.

Setelah terluka dalam pertempuran, Idriss Deby, yang dikenal sering mengunjungi pasukan garis depan, kemudian dibawa ke ibu kota N'Djamena, kata jenderal itu.

Beberapa pengamat asing berpendapat bahwa hal itu menimbulkan keraguan pada pengawal pelindungnya, atau bahwa militer negara itu telah meremehkan ancaman yang ditimbulkan pemberontak.

Baca Juga: Studi Penelitian: Keragaman Genetik Ikan Salmon Telah Menurun Sejak Diperkenalkannya Budidaya Ikan

Laith Alkhouri, seorang penasihat intelijen global, mengatakan hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai penilaian pasukan keamanan atas bentrokan tersebut dan intelijen mereka mengenai parahnya situasi tersebut.

Deby bergabung dengan pasukan di garis depan, kata kampanyenya pada hari Senin, setelah pemberontak yang berbasis di perbatasan utara di Libya maju ratusan kilometer ke selatan menuju ibukota Chad, N'Djamena.

Putra Deby, Mahamat Idriss Deby Itno, akan memimpin dewan transisi selama 18 bulan yang terdiri dari perwira militer, kata juru bicara Azem Bermendao Agouna dalam siaran di televisi pemerintah.

Baca Juga: Dengarkan dan Sampaikan Keluhan Petani di Indramayu, Jokowi: Ini Masukan yang Baik

Jam malam pukul 6 sore telah diberlakukan di negara itu, militer menambahkan.

Inggris sekarang telah menyarankan agar tidak melakukan perjalanan ke Chad, dengan alasan "risiko kerusuhan yang meningkat", dan mendesak warga negara Inggris di negara itu untuk pergi secepat mungkin.

Kantor Luar Negeri mengatakan langkah itu dipicu oleh kendaraan pemberontak bersenjata yang bergerak maju menuju N'Djamena.

Baca Juga: Terungkapnya Kasus Kematian Pembekuan Darah yang Langka, Johnson & Johnson Hentikan Peluncuran Vaksin di Eropa

Penerbangan komersial kembali ke Inggris masih beroperasi tetapi dapat berubah dalam waktu singkat karena pembatasan Covid-19.

Jenderal Azem Bermandoa Agouma berkata: "Dalam menghadapi situasi yang mengkhawatirkan ini, rakyat Chad harus menunjukkan keterikatan mereka pada perdamaian, stabilitas, dan kohesi nasional."

Deby, mantan panglima militer, pertama kali berkuasa pada tahun 1990 ketika pasukan pemberontaknya menggulingkan presiden Hissene Habre, yang kemudian dihukum karena pelanggaran hak asasi manusia di pengadilan internasional di Senegal.

Baca Juga: Menyambut Hari Kartini, Puan Maharani Ungkap Pentingnya Perempuan Indonesia Tingkatkan Budaya Literasi

Selama bertahun-tahun, Deby telah selamat dari banyak pemberontakan bersenjata dan berhasil tetap berkuasa sampai pemberontakan terbaru yang dipimpin oleh sebuah kelompok yang menamakan dirinya Front untuk Perubahan dan Kesatuan di Chad.

Pemberontak diyakini telah bersenjata dan berlatih di negara tetangga Libya sebelum menyeberang ke Chad utara pada 11 April.

Negara-negara Barat telah melihat Deby sebagai sekutu dalam perang melawan kelompok-kelompok ekstremis Islam, termasuk Boko Haram di Danau Chad Basin dan kelompok-kelompok yang terkait dengan al Qaeda dan ISIS di wilayah Sahel.

Baca Juga: 4 Warna Terbaik Pembawa Keberuntungan untuk Zodiak Aquarius

Kematiannya terjadi sehari setelah dia diakui sebagai pemenang pemilihan presiden terbaru, membuatnya mendapatkan masa jabatan keenam.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: Sky News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x