Dia mengemukakan pandangannya tentang monarki pada beberapa kesempatan, menyadari bahwa itu tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang dan oleh karena itu akan selalu berada dalam posisi kompromi, atau berisiko ditendang dari kedua sisi.
Tapi, Pangeran Philip berargumen: "Orang masih lebih mudah menanggapi simbolisme daripada alasan." Orang secara naluriah memahami gagasan tentang wakil daripada pemimpin yang memerintah, dan itu penting untuk identitas nasional, tegasnya.***