Kasus Bunuh Diri Capai Rekor Tertinggi di Jepang, Kesehatan Mental Jadi Perhatian

- 21 Maret 2021, 12:30 WIB
Pejabat Kementerian Kesehatan Jepang mencatat rekor kasus bunuh diri tertinggi, pihaknya pun menyoroti kesehatan mental warganya.*
Pejabat Kementerian Kesehatan Jepang mencatat rekor kasus bunuh diri tertinggi, pihaknya pun menyoroti kesehatan mental warganya.* /PEXELS/Guilman

PR CIREBON - Jumlah kasus bunuh diri di antara anak-anak sekolah di Jepang mencapai 499 pada tahun 2020, naik 100 dari tahun sebelumnya dan mencatat rekor tertinggi dalam catatan.

Pejabat Kementerian Kesehatan Jepang mengaitkan peningkatan kasus bunuh diri itu dengan kekhawatiran di kalangan anak muda tentang studi dan jalur karir mereka.

Pejabat Kementerian Kesehatan Jepang juga menduga kasus bunuh diri terjadi karena adanya perselisihan keluarga yang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah sebab pandemi corona.

Baca Juga: Jelang Pernikahannya dengan Atta Halilintar, Aurel Hermansyah Ungkap Masa-masa Sulit Tinggal di Ruko

Menurut Badan Kepolisian Nasional setempat, penghitungan tahun 2020 adalah yang tertinggi sejak data pembanding tersedia pada tahun 1980.

Dari total, 14 di sekolah dasar, enam di antaranya, 146 di sekolah menengah pertama, 34 orang, dan 339 di sekolah menengah atas, naik 60.

Murid di sekolah dasar berusia antara 6 dan 12 di Jepang. Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh gadis-gadis sekolah menengah meningkat menjadi 140 dari 80.

Baca Juga: Patung Lilin Donald Trump Tidak Lagi Dipamerkan, Pihak Museum: Orang-orang Terus Meninju Wajahnya

Berdasarkan bulan, penghitungan untuk semua anak sekolah meningkat lebih dari dua kali lipat pada bulan Juni dan tetap lebih tinggi selama sisa tahun ini.

Bunuh diri hampir tidak berubah antara Januari dan Mei, periode yang mencakup sebagian besar gelombang pertama pandemi di negara itu dan keadaan darurat Covid-19 pertama.

Childline Support Center Japan, sebuah organisasi yang berbasis di Tokyo yang menjalankan jaringan saluran bantuan untuk kaum muda hingga usia 18 tahun, mengatakan orang tua dan guru harus meningkatkan upaya untuk merawat anak-anak yang telah menjadi rentan karena lingkungan rumah menjadi lebih stres selama pandemi virus corona.

Baca Juga: 250 Warga Tewas dalam Aksi Kudeta, Pengunjuk Rasa Myanmar Suarakan Protes dengan Lilin

"Virus telah mengambil kesempatan bagi mereka untuk terlibat dengan siswa lain yang mereka rasa nyaman di sekolah dan kegiatan setelah sekolah, membuat mereka tersiksa hampir sepanjang hari," kata Junko Kobayashi, direktur perwakilan organisasi.

Kami ingin orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya meningkatkan upaya untuk menjaga anak-anak yang khawatir dan stres," ujarnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Japan Today pada Ahad, 21 Maret 2021.

Jumlah bunuh diri di antara anak di bawah umur mencapai 777, naik 118, yang dikatakan karena depresi dan penyakit mental lainnya, serta tekanan tentang masa depan atau kinerja akademis yang merosot.

Baca Juga: Datangkan Farshad Noor, Persib Bandung Makin Percaya Diri Tatap Piala Menpora dan Liga 1

Jumlah kasus bunuh diri di Jepang juga naik 912 menjadi 21.081 pada tahun pelaporan, menandai kenaikan pertama sejak 2009 di tengah krisis keuangan global.

Kasus bunuh diri yang melibatkan wanita meningkat 395 menjadi 7.026, sementara kasus yang melibatkan pria turun 23 menjadi 14.055 untuk penurunan 11 tahun berturut-turut.

Total angka naik dalam periode Juli-Desember, dengan Oktober mencapai level tertinggi di 2.230.

Baca Juga: Terawang Kecocokan Billy Syahputra dengan Memes Prameswari dan Amanda Manopo, Marcel Wen: Akan Ada Hoki

Beberapa ahli menduga bahwa bunuh diri oleh selebriti seperti aktor Haruma Miura pada bulan Juli dan aktris Yuko Takeuchi pada bulan September, mungkin telah mendorong peningkatan tersebut.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Japan Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x