Tepat Satu Tahun Berlalu, Pandemi Covid-19 Berikan Dampak Besar Bagi Anak-anak

- 2 Maret 2021, 18:49 WIB
Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. //Pexels/cottonbro

PR CIREBON - Hari ini, tepat satu tahun sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus Covid-19 pertama pada awal Maret tahun lalu.

Dengan lebih dari 1,3 juta kasus Covid-19 dan sekitar 35.000 kematian, Covid-19 telah mempengaruhi generasi muda Indonesia dalam banyak hal.

Tingkat permasalahannya cukup signifikan, mulai dari kesulitan ekonomi dan kematian orang tua, hingga kurangnya akses ke pendidikan dan hak-hak dasar, seperti interaksi sosial dan banyak lagi.

Baca Juga: Presiden Jokowi Cabut Perpres Investasi Miras Setelah Terima Masukan Ulama dan Pemda

Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial, Kanya Eka Santi mengatakan, meski tidak ada data tentang jumlah anak-anak yang terkena dampak namun sebenarnya cukup serius.

Untuk memberikan gambaran kasar mengenai skala permasalahannya, Santi mengatakan, Kabupaten Gresik di Provinsi Jawa Timur sendiri memiliki lebih dari 150 kasus anak terdampak Covid-19.

Sementara, Indonesia memiliki lebih dari 400 kabupaten dan sekitar 100 kota.

Baca Juga: Jepang Minta Tiongkok Hentikan Tes Usap Anal karena Dinilai Bisa Timbulkan Rasa Sakit Psikologis

Hal ini, seiring dengan berkurangnya waktu belajar, dapat menimbulkan ketidakpastian bagi masa depan generasi muda, meskipun risiko COVID-19 yang parah relatif kecil pada anak-anak. 

Saat ini, terdapat sekitar 40 zona merah COVID-19 di Indonesia, di mana sekolah harus tetap ditutup.

Sebuah survei yang dirilis Dinas Pendidikan Kota Cimahi di Provinsi Jawa Barat pada pertengahan Februari mengungkapkan, hampir 15 persen siswa kelas dua di Cimahi tidak bisa membaca dan menulis, meski penyebabnya tidak disebutkan.

Baca Juga: Ramalan Kartu Tarot Hari ini, Selasa 2 Maret 2021: Leo Jangan Tertipu, Virgo Tak Kenal Kompromi

Di Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo berpendapat bahwa pandemi telah mengganggu kehidupan anak-anak.

“Dampaknya mereka tidak bisa bersekolah, aktivitas mereka terbatas. Ada yang punya handphone, ada juga yang tidak.

"Kami rutin mengirimkan tugas ke rumah masing-masing, dan terus menambah berbagai macam kegiatan online seperti lomba dan lain sebagainya, dan semoga mereka terus konsentrasi di dunia pendidikan,” ujarnya dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari CNA.

Baca Juga: Ramalan Kartu Tarot Hari ini, Selasa 2 Maret 2021: Sagitarius Butuh Sayap, Capricorn Jadi Tangguh

Supomo mengatakan, pembelajaran online tidak ideal, tetapi merupakan solusi terbaik untuk kondisi saat ini.

Pada awal Februari, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, telah menerima 6.519 laporan terkait pelanggaran hak anak pada tahun 2020. Menurut hukum Indonesia, anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 tahun.

Sekitar 1.500 laporan melibatkan hak atas pendidikan, seperti tidak adanya akses ke pembelajaran online dan kemampuan terbatas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Pengamat Sebut Manfaat Investasi Miras hingga Syarat Vaksin Covid-19 Gotong Royong

Dampak dan konsekuensinya banyak dan beragam, kata deputi dampak program dan kebijakan Save the Children, Tata Sudrajat.

Selain mempengaruhi kemampuan masa depan anak-anak dalam mengakses pendidikan tinggi serta mendapatkan kesempatan kerja, hilangnya pembelajaran saat ini juga dapat menyebabkan motivasi yang kurang untuk kembali ke sekolah, katanya.

Hal ini dapat menyebabkan angka putus sekolah yang lebih tinggi dan mengakibatkan pekerja anak dan pernikahan anak karena tekanan ekonomi.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Ungkap Dapat Laporan Rina Lauwy atas Dugaan KDRT Dirut PT Taspen

“Semua ini dapat mengakibatkan hilangnya generasi, karena kontribusi mereka kepada masyarakat ketika mereka dewasa tidak akan sepenting anak-anak lain yang pendidikannya tidak terputus sebelum pandemi,” pungkas Sudrajat. ***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x