Varian Baru Covid-19 Kembali Ditemukan di New York, Peneliti Sebut Lebih Resisten terhadap Beberapa Vaksin

- 25 Februari 2021, 17:51 WIB
Ilustrasi. Studi di Columbia ungkap varian varu Covid-19 yang diidentifikasi di kota New York lebih resisten terhadap beberapa vaksin.*
Ilustrasi. Studi di Columbia ungkap varian varu Covid-19 yang diidentifikasi di kota New York lebih resisten terhadap beberapa vaksin.* //pixabay.com/TheDigitalArtist

PR CIREBON- Para peneliti pada Rabu, 24 Februari 2021, melaporkan bahwa virus corona kembali bermutasi dan menjadi varian baru Covid-19 telah ditemukan di kota New York, Amerika Serikat.

Menurut para peneliti, varian baru Covid-19 tersebut memiliki beberapa kesamaan dengan varian yang lebih dapat ditularkan dan tidak dapat dipecahkan seperti varian yang ditemukan di Afrika Selatan.

Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, varian baru Covid-19 tersebut dilaporkan saat ini sedang meningkat di Kota New York.

Baca Juga: Dianggap Sudah Berkali-kali Timbulkan Kerumunan, Mardani Ali Sera: Bukan Spontanitas

Berdasarkan keterangan dari para peneliti di Kolese Dokter dan Ahli Bedah Vagelos Universitas Columbia, Rabu, varian baru Covid-19, yang dikenal sebagai B.1.526 itu, pertama kali diidentifikasi dalam sampel yang dikumpulkan di New York pada November, dan pada pertengahan Februari yang mewakili sekitar 12% kasus.

Adanya varian baru Covid-19 tersebut juga telah dijelaskan dalam penelitian yang dipublikasikan secara online minggu ini oleh California Institute of Technology.

Namun, sejauh ini, tidak ada studi yang telah ditinjau oleh para ahli dari luar.

Baca Juga: Dokumen Internal WHO Sebut Tiongkok Lakukan Sedikit Usaha dalam Selidiki Asal-usul Pandemi

Para peneliti Columbia mengatakan, analisis database yang tersedia untuk umum tidak menunjukkan prevalensi tinggi varian baru Covid-19 yang baru-baru ini diidentifikasi di Afrika Selatan dan Brasil dalam sampel kasus dari Kota New York dan sekitarnya.

“Sebaliknya, kami menemukan jumlah yang tinggi dari garis keturunan yang tumbuh di rumah ini,” kata Dr. Anne-Catrin Uhlemann, asisten profesor di divisi penyakit menular di Kolese Dokter dan Ahli Bedah Universitas Columbia, dalam sebuah pernyataan.

Studi di Columbia menemukan bahwa B.1.526 memiliki beberapa karakteristik yang mengkhawatirkan dengan B.1.351, varian yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan, dan P.1., yang pertama kali diidentifikasi di Brasil.

Baca Juga: Soroti Jokowi Tunjuk Masker saat Kunjungan, Ferdinand Hutahaean: Pesannya agar Warga juga Gunakan Masker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa varian baru Covid-19 tersebut lebih resisten terhadap beberapa vaksin yang ada dari pada versi sebelumnya dari virus corona.

Para peneliti mengatakan perhatian utama saat ini adalah perubahan di satu area protein lonjakan virus, yang disebut E484K, yang ada di ketiga varian.

Mutasi E484K dari varian Covid-19 diyakini dapat melemahkan respon imun tubuh terhadap virus.

Baca Juga: Nilai Cara Anies Baswedan Selesaikan Banjir Jakarta, Guntur Romli: Perbanyak Omongan, Kerahkan Buzzer

Penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang baru diluncurkan masih cenderung dapat menetralkan virus dan melindungi dari penyakit parah, bahkan untuk infeksi dengan varian baru Covid-19.

Pembuat vaksin juga bekerja untuk mengembangkan tembakan penguat untuk memerangi versi virus Covid-19 yang bermutasi.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x