Agresif Olok AS, Media Tiongkok Berani Kutuk Rezim Trump sebagai Kapitalis Biadab yang Serakah

20 Juni 2020, 12:38 WIB
ILUSTRASI media online. /Pixabay/geralt/

PR CIREBON - Pemerintah Tiongkok yang tengah melancarkan serangan ke berbagai negara, rupanya mendapat halangan dari Amerika Serikat (AS) yang selama ini dikenal sebagai polisi dunia.

Untuk itu, salah satu media yang dikontrol Pemerintah Tiongkok mendukung tindakan serangan yang dilancarkan negaranya itu dengan memuat sejumlah narasi yang menyerang AS.

Lebih detailnya, media The Global Times memuat narasi bernada kritik terhadap AS terkait penanganan pandemi corona amat tidak terkontrol karena justru membuat korban corona meningkat hingga lebih dari dua juta orang.

Baca Juga: Peringati Hari Musik, Rian D'Masiv Gagas Kolaborasi dengan Siswa Berkebutuhan Khusus dari Timur

Bahkan melansir Daily Mail, saluran utama propaganda Tiongkok itu memuat serangan editorial mencengangkan dengan menyebut AS sebagai negara 'biadab dan serakah' yang 'tidak peduli dengan kemanusiaan'

Lebih detail, serangan editorial itu juga mengutuk pemerintahan Trump karena 'tidak meminta maaf kepada rakyatnya' atas tonggak sejarah yang suram itu yang juga mencatat lebih dari 112.900 kematian terkait virus korona pada hari Rabu, 17 Juni 2020. Sehingga memang benar, menjadikan AS sebagai negara yang paling parah dilanda virus pandemi global tersebut.

Sedangkan dalam jejaknya, Global Times dianggap sebagai 'tabloid paling agresif' Tiongkok, sehingga selalu berada di garis depan dalam membela tindakan Beijing dan menghukum Barat karena kritiknya terhadap Partai Komunis setempat.

Baca Juga: Hoax atau Fakta: IDI dan Menteri Ketahanan Pangan Sebut Anggur Merah dapat Cegah dan Obati Covid-19

AS sudah menjadi urutan pertama yang diserang Global Times setiap hari, sejak pertikaian diplomatik meletus antara dua negara adidaya terkait pandemi mematikan itu.

Paling terbaru adalah sebuah opini publik yang terbit kemarin, berisi tuduhan administrasi Trump yang tidak menghormati hak asasi warganya dengan gagal menahan wabah itu.

Selain itu, opini itu juga memuat kecaman terhadap Sekretaris Negara AS Mike Pompeo yang sempat mengklaim AS sebagai negara terbesar dalam sejarah peradaban manusia

Baca Juga: Arloji Emas yang Dicicil Raja George di Tahun 1808 Dilelang

"Bangsa kita sangat istimewa dan itu adalah negara terbesar dalam sejarah peradaban," demikian bunyi pernyataan Pompeo selama konferensi pers pada hari Rabu.

Kemudian, pernyataan Pompeo itu ditanggapi dengan narasi kecaman yang ditulis Global Times. Dalam detailnya, media pemerintah Tiongkok itu seolah mengejek AS karena dengan mengatakan AS sebagai negara istimewa, maka itu juga menyatakan AS menghormati setiap manusia.

Namun yang terjadi justru kebalikannya, Global Times menganggap AS lupa caranya menghormati hak manusia yang lebih dari 2 juta orang itu dan membiarkan mereka terinfeksi dengan 112 ribu orang telah tewas karena Covid-19 tersebut.

Baca Juga: Hadapi Lonjakan Kasus Virus Corona, Negara Bagian AS Mandatkan Penggunaan Masker Wajib

"Apakah ini tentang bagaimana AS menghormati hak-hak lebih dari 2 juta orang yang terinfeksi dan sekitar 112.000 orang yang meninggal karena COVID-19?" demikian bunyi narasi dalam surat kabar pengikut pemerintah Tiongkok tersebut, sehingga menyimpulkan tuduhan Washington lebih memprioritaskan ekonominya atas kehidupan masyarakat.

Seolah tak cukup, narasi yang ditulis berlanjut dengan menyoroti pasar saham AS yang memang telah normal kembali, tetapi ini tak sejalan dengan epidemi yang masih belum jelas.

"Pasar saham AS telah pulih tetapi tren situasi epidemi masih belum jelas. Adakah yang melihat pemimpin AS memperingatkan orang untuk lebih fokus mengendalikan epidemi?" demikian bunyi narasi yang menyoroti pasar saham AS tersebut

Baca Juga: Istri Terpidana Mantan Bupati Masuk Nominasi Terkuat Cawabup, Imron Angkat Bicara Soal Rekomendasi

Dalam arti lain, Global Times mengklaim sikap AS untuk mempertahankan pasar saham ini hanya untuk menutupi sistemnya, sehingga masyarakat tetap menganggap semua akan baik-baik saja karena ekonomi tetap normal.

"Semua orang dapat melihat kegembiraan mereka tentang rebound pasar saham dan tingkat lapangan kerja yang meningkat, seolah semuanya akan baik-baik saja selama ekonomi pulih."

Kemudian, narasi opini itu ditutup dengan komentar yang menyerang sistem sosial Amerika dengan klaim bahwa negaranya tengah terlibat dengan kapitalisme biadab yang serakah dan tak peduli kemanusiaan.

Baca Juga: AS Sampaikan Belasungkawa untuk 20 Tentara India yang Tewas Berkonflik dengan Tiongkok

"Tiongkok sedang berurusan dengan kapitalis biadab dan serakah yang tidak peduli dengan kemanusiaan," tulis media itu.

Sementara itu, AS adalah satu-satunya negara yang tidak hanya melampaui angka satu juta pasien yang didapat sejumlah negara, tetapi juga menggandakannya.

Hal ini terbukti dengan data dari Johns Hopkins University yang menyebut peta dunia kasus corona di AS mencapai 2.000.464 kasus dengan total angka kematian sebanyak 112.924. ***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler