Antisipasi Krisis Pangan Dunia, Presiden Ingatkan Rantai Pasok Pangan dan Pupuk Dunia Harus Normal

29 Juni 2022, 17:11 WIB
Antisipasi Krisis Pangan Dunia, Presiden Ingatkan Rantai Pasok Pangan dan Pupuk Dunia Harus Normal/yangkap layar dari kanal youtube @sekretariat negara /

SABACIREBON-Para pemimpin negara G7 maupun G20 harus segera mencari solusi konkrit atas ancaman krisis pangan dunia saat ini.

Penegasan tersebut disampaikan Presiden RI, Ir Joko Widodo dalam kegiatan KTT BRICS High Level Dialogue on Global Development di Jerman.

Presiden berharap rantai pasok pangan dan pupuk dunia harus berjalan normal. Hal itu untuk menghindari ancaman krisis pangan dunia akibat perang antara Ukraina dan Rusia.

Baca Juga: Robert Rene Alberts Pelatih Persib Bandung Memuji Ricky Kambuaya yang Mampu Baca Permainan

Seperti diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi dalam keterangan pers nya langsung dari Munich Jerman, Selasa 28 Juni 2022.

“Bapak Presiden menekankan perlu tindakan yang cepat untuk mencari solusi konkrit. Produksi pangan harus ditingkatkan, rantai pasok pangan dan pupuk global harus kembali normal,” ujar Retno dikutip dari kanal YouTube @Sekretariat Presiden, Rabu 29 Juni 2022.

Retno menyebutkan, ancaman krisis pangan tidak terlepas dari dampak perang antara Rusia dengan Ukraina yang merupakan produsen dan eksportir komoditas utama dunia dan pupuk.

Baca Juga: Serena Williams Tumbang oleh Petenis Non-unggulan di Babak Awal Wimbledon 2022

"Perang telah membuat produksi dan distribusi berbagai komoditas pangan dan pupuk terganggu. Selain itu, banyak negara yang melakukan embargo terhadap produk Rusia sebagai bentuk sanksi atas perang yang terjadi sampai saat ini," paparnya.

Upaya pemerintah dalam mengatasi tantangan di sektor pangan nasional salah satunya adalah dengan melakukan kebijakan redistribusi pupuk bersubsidi. Ini sesuai dengan hasil rekomendasi panja Komisi IV DPR.

Di mana, subsidi pupuk akan difokuskan kepada jenis Urea dan NPK yang selama ini banyak digunakan para petani tanah air.

Baca Juga: Polisi Terus Buru Otak dari Pelaku Budidaya Tanaman Ganja di Cianjur

Adapun ancaman krisis pangan yang dimaksud, dikatakan Retno adalah berdasarkan data World Food Program yang menyatakan terdapat 323 juta orang di negara berkembang menghadapi kerawanan pangan akut pada tahun 2022.

Dari data tersebut, perempuan dan keluarga miskin menjadi yang paling terkena dampak, sehingga jika itu terjadi maka menjadi hak asasi manusia (HAM).

Dikatakan Retno, Presiden Jokowi menyampaikan pentingnya dukungan negara G20 untuk mereintegrasikan ekspor gandum dari Ukraina.

Baca Juga: Begini Nasib 3.000 Karyawan Holywings Setelah Tempat Kerja Mereka Ditutup Pemprov DKI

Begitupun ekspor komoditi pangan dan pupuk dari Rusia ke dalam rantai pasok global dan tidak mengenakan sanksi terhadap komoditi pangan dan pupuk yang berasal dari dua negara yang sedang berkonflik ini.

Kendati demikian, Retno mengungkapkan, Presiden Jokowi meminta rantai pasok pangan dan pupuk dunia harus kembali normal harus dikomunikasikan secara intensif kepada pihak-pihak terkait.

Mulai dari perbankan, asuransi, perkapalan, dan lainnya.

Baca Juga: Kabar Duka Arsitek Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon Berpulang, Penyebutan Masjid Raya Ternyata Begini Awalnya

“Bapak Presiden dalam pernyataannya juga menyatakan, dampak perang terhadap rantai pasok pangan dan pupuk sangatlah nyata. Khusus untuk pupuk, jika gagal menanganinya maka krisis beras yang menyangkut 2 miliar manusia terutama di negara berkembang dapat terjadi. Kemudian di akhir sambutannya, Bapak Presiden menegaskan bahwa G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk mengatasi krisis pangan ini mulai sekarang,” pungkasnya.***

Editor: Otang Fharyana

Sumber: Kanal youtube @sekretariat negara

Tags

Terkini

Terpopuler