SABACIREBON - Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Widyatama Rabu dan Kamis ( 12-13/10) menggelar konferensi internasional bertajuk “International Conference on Linguisti Bandung, cs, Digital Creative Economy, Management, Social Sciences and Technology (ICoLEMST)”, secara hybrid.
Kegiatan ini ikuti 253 orang peserta, baik berasal dari dalam maupun luar negeri dengan rincian 38 orang terdaftar sebagai Academic Presenter, 81 orang sebagai Student Presenter dan 134 orang sebagai peserta penyimak.
Mereka berasal dari Nigeria, Jepang, Malaysia dan Filipina. Sedangkan peserta dari Indonesia hadir utusan dari ITB, Universitas Padjajaran, Telkom University, UNPAR, Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Sebelas Maret, Universitas Maranatha dan STIA Bandung.
Baca Juga: Diejek Jaman Sekarang Tidak Memiliki HP, RN Tusuk dan Rampas HP Bocah
Adapun luaran yang dihasilkan pada konferensi ini berupa prosiding dan artikel ilmiah yang diterbitkan pada jurnal nasional bereputasi dan terindeks SINTA 2, 3, dan 4.
Kegiatan bertema, “Home Civilization of Culture, Social, and Economy Sustainability” itu menghadirkan pemateri Prof. Dr. Kazunori Nozawa dari Ritsumeikan University, Jepang; Prof. Ir. Ts. Mohamed Thariq Bin Haji Hameed Sultan dari University Putra Malaysia (UPM) dan Allan Nicko F. Rodelas, P.hD dari De La Salle Lipa Filipina.
Sementara itu pemateri dari dalam negeri disampaikan Agi Agung Galuh Purwa, Kepala Bidang e-Government Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat yang mewakili Gubernur Jawa Barat.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Ginjal dan Hindari Gagal Ginjal dengan Labu
Dalam konferensi internasional tersebut Ketua Pelaksana kegiatan, Dr. Ervina CM Simatupang mengatakan, konferensi ilmiah ICoLEMST ini merupakan platform bagi akademisi dan praktisi untuk menyampaikan dan mempublikasi gagasan, rekomendasi dan langkah-langkah strategis guna menjawab permasalahan sosial sebagai akibat perubahan zaman yang semakin cepat dan dinamis.
Sedangkan Dekan FIB Universitas Widyatama, Dr. Hendar, menambahkan apapun kontribusi yang diberikan dalam konferensi ini, baik besar maupun kecil, tetap berguna dan tentu mendapatkan posisi khusus dalam masyarakat.
Pembicara lain, Agi Agung Galuh Purwa, menyampaikan bahwa Bandung adalah “melting pot. Karena Bandung seperti sebuah mangkuk tempat leburnya berbagai budaya lokal yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. “Bertemunya berbagai budaya membuat Bandung bergerak dengan cepat dan dinamis, misalnya fashion, kuliner, dan atraksi wisata. Inilah kemudian yang menjadi keunikan Bandung,” katanya.
Dalam pada itu, Rektor Universitas Widyatama Prof. Dr. H. Dadang Suganda dalam sambutannya menekankan bahwa Universitas Widyatama akan terus mendorong dan memacu seluruh civitas akademika untuk melakukan penelitian bukan hanya berorientasi pada bidang keilmuan sebagaimana kepakaran atau yang tengah ditekuni, tetapi juga lebih diarahkan untuk kemaslahatan umat. Hal tersebut sedang dikembangkan secara masif oleh LPPM Universitas Widyatama.
Sementara itu Prof. Kazunori Nozawa yang membahas tentang Linguistik Terapan lebih optimal jika dikolaborasikan dengan teknologi instruksional dalam hal pengajaran (teaching).
Hal ini akan mampu meningkatkan pengalaman belajar siswa terutama bagaimana mereka merencakan apa yang akan mereka pelajari (study plan), utamanya bagi mahasiswa perguruan tinggi.
Baca Juga: Piala Dunia Qatar Termahal dari yang Pernah Ada, Penggemar Sepak Bola Iggris Mengeluh
Dalam pada itu Prof Thariq menjelaskan tentang pemanfaatan biomassa pertanian untuk pengembangan teknologi. Prof. Thariq adalah figure yang memimpin proyek inovasi pemanfaatan serat daun nanas menjadi bahan kerangka drone.
Pembicara terakhir, Doktor Allan memaparkan tentang pemanfaatan teknologi SEM guna efektivitas kegiatan pembelajaran dalam jaringan (e-learning).
Masih dalam rangkaian konferesnsi, dilakukan diskusi panel dipimpin Dr. Ervina CM Simatupang bersama dengan Prof. Tomoya Furushima peserta konferensi secara hybrid yang menghgarisbawahi pentingnya preservasi budaya lokal yang saat ini sudah semakin tergerus bersamaan dengan perubahan zaman.
Baca Juga: Geger Pasal Perzinaan : “Itu Ngaco,” kata Ketua PHRI Jabar Herman Muchtar
“Apapun yang terjadi dan bagaimana pun caranya, budaya lokal harus tetap dipertahankan, karena budaya merupakan jati diri bangsa, jati diri kita,” kata Ervina Simatupang menjelaskan hasil diskusi panel.
Sebagai penutup, Ketua LLDIKTI IV, DR. M. Samsuri, S. Pd. M. T., menekankan bahwa kegiatan konferesi semacam ini sebagai bentuk upaya menajamkan kompetensi diri guna menghadapi tantangan yang dibawa oleh kemajuan zaman.
“Kita harus memiliki kemampuan teknis berdasar pada bidang ilmu yang ditekuni, kemampuan komunikasi dan informasi serta kemampuan penguasaan dan analisis atau big data,” demikian Ketua LLDIKTI Jabar. (SR)***