Network
"HALIK KU AING!." Kata itu milik Encas Tonif. Sudah identik dengan dirinya. Sehingga disegani lawan di lapang hijau. Begitu cintanya dia ke Persib. Sampai dia berucap, "Persib sudah tertanam dalam hati."
Masih ingat. Setiap ada penyerang lawan meliuk-liuk mengkocek bola, tapi begitu ketemu Encas, spontan bergema teriakan bobotoh; "Halik ku ainggg!" berulang-ulang. Striker hilang nyali ngoper bolapun ngawur, penonton pun teriak, "Uuuhhh!"
Atau lawan ngotot, ingin ngelewati si kepala pelontos itu, tapi selalu jatuh meringis, "dibintih" (ditekel keras). "Bola sih meunang liwat. Jelema namah teu meunang (Bola boleh lewat, orangnya nggak boleh).
Baca Juga: Gantikan Indonesia, Argentina Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023
Selama karir di sepakbola, dia memulai dari klub. Main cemerlang sebagai "palang pintu" Persib di tahun 70-an, hingga diakhir tahun dia pun dipanggil masuk Timnas PSSI - sekarang Tim Garuda.
Karena ada masalah psikologi, dia tak mau gabung Timnas lagi. Saat di Persib, Ecas pernah duet menjadi sentral beck dengan Giantoro -- adik kandung Risnandar Soendoro (alm.) pelatih Persib.
Baru pensiun, seusai melakoni Final Kompetisi Perserikatan tahun 1983 ketika lawan PSMS Medan di Std. Utama Senayan, Jakarta. Waktu itu Persib kalah lewat adu gol.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2003, sebagai pelatih dia pun berhasil meraih juara Piala Soeratin untuk pertama kali. Nama Encas Tonif naik daun.
Lalu dua tahun berikutnya, menjadi asisten pelatih Persib senior di era pelatih utama Indra M. Tohir di Liga Indonesia. Dan dilanjut jadi asisten pelatih Risnandar. Sempat bersama legend Ronny Pattinasarany pencari talenta bola untuk PSSI.
Di usia 71 tahun, legenda Persib itu meninggal dunia pkl.13.30 hari Senin (17 April 2023) di Bandung. Selamat jalan sang legend. Nama besarmu tetap akan terukir, sebagai beck tangguh Persib.*** (DantoS).
