Kalah Dramatis atas Cheam June Wei, Jonatan Christie Akui Tidak Percaya Diri Sejak Awal

- 17 Februari 2020, 07:33 WIB
JONATAN Christie (Jojo).*/DOK. PR
JONATAN Christie (Jojo).*/DOK. PR /

 

PIKIRAN RAKYAT – Tim putra Indonesia yang dipimpin Anthony Sinisuka Ginting berhasil meraih kemenangan dalam final pertandingan Badminton Asia Team Championship 2020 yang digelar di Rizal Memorial Coliseum pada Minggu, 16 Februari 2020.

Namun, kemenangan pertandingan itu tak didapat dengan mudah, karena partai tunggal putra kedua yang dimainkan Jonatan Christie terpaksa harus mengakui keunggulan Malaysia setelah tiga set dilalui dengan sengit.  

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com melalui situs Badminton Indonesia, kekalahan yang kembali diderita Jonatan Christie atas Cheam June Wei ternyata membuat Jojo melakukan intropeksi diri dan berusaha tampil dengan lebih berani seperti lawannya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya Senin 17 Februari 2020, Hujan Guyur Lemahwunguk dan Mundu Seharian

Partai tunggal putra kedua yang menandingkan Jonatan dan Cheam berlangsung amat menegangkan, Jojo tak mampu mengembangkan permainannya dalam game pertama, sehingga ia tertinggal jauh.

Akan tetapi, Jojo berhasil membalas dalam game kedua, sehingga pertarungan kembali sengit saat game ketiga dimainkan.

Kekalahannya dimulai saat ia sudah unggul 20-17, tetapi Jonatan masih belum bisa menyelesaikan permainan, sehingga Cheam menyamakan kedudukan menjadi 20-20.

Baca Juga: Membuat Betah sesuai dengan Perasaan, Berikut 5 Ide Memilih Warna dan Suasana Kamar Tidur

Seolah tak mau usai, keduanya masih saling mengejar keunggulan poin. Pertarungan terus berlangsung hingga kedudukan 22-22, tetapi kesalahan antisipasi bola dari Jonatan membuat Cheam meraih poin kemenangan. 24-22.

Usai pertandingan, akhirnya terungkap dari pengakuan Jonatan bahwa ia memang merasa kurang percaya diri dalam laga Badminton Asia Team Championship (BATC) 2020.

"Saya kurang percaya diri karena dari kemarin saya nggak bisa main seperti biasa. Keadaan ini jarang terjadi di turnamen biasanya, sehingga saya bingung menerapkan strategi.

Baca Juga: Dibalut Konsep Menggembirakan dan Menghibur, Deklarasi Gerakan Pembumian Pancasila Diikuti Uu Ruzhanul ulum

"Saya mau menyerang tapi jadi buru-buru dan akhirnya mati sendiri. Sebaliknya, Cheam hanya colek saja dicepatin dan nggak pakai kekuatan tapi cukup tepat digunakan.

"Sedangkan saya bila memakukan itu rasanya tidak bisa dapat permainan karena situasi bolanya cepat. Saya harus lebih berani untuk pakai tempo menyerang," tutur Jonatan mengintropeksi dirinya seraya memberikan komentar atas permainan lawan yang cukup berani itu.

Jonatan pun menyayangkan bahwa ia tak dapat memanfaatkan keunggulannya di game ketiga saat kedudukan match point 20-17.

Baca Juga: Buka Blokir dan Akses Lagu Sepuasnya, Berikut 5 Aplikasi VPN Terbaik untuk Spotify

Sebaliknya, Cheam dinilainya tampil nothing to lose dan lebih lepas. Apalagi sebelumnya, Cheam berhasil memetik kemenangan dari tunggal putra Korea Son Wan Ho Korea dan tunggal putra Jepang Kenta Nishimoto.

"Sebenarnya bisa berakhir bagus, tapi di akhir itu sangat disayangkan. Lawan mainnya lepas, saya merasakan dulu di posisi dia mainnya lepas karena masih mengejar.

"Sekarang saya yang harus menang. Di awal-awal permainan memang ada rasa trauma, karena hasil-hasil kemarin.

Baca Juga: Tak Perlu Banyak Mengeluarkan Uang, Simak 5 Tips Membuat Rumah Terlihat Mewah dengan Anggaran Terbatas

"Saya berharap tim Indonesia menang, kalau sampai amit-amit tim saya kalah, saya merasa bertanggungjawab banget. Jujur saya merasa bersalah karena saya harusnya bisa dapat poin tapi saya nggak bisa," tutup Jonatan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Christie commented on his performance after the match Indonesian: Berikut komentar Jonatan setelah pertandingan hari ini. Apa yang terjadi pada poin 20-17? Jonatan: Sebenarnya sempat sedikit kurang percaya diri dari awal, dari kemarin merasa tidak bermain seperti biasa. Situasi bola dan area permainan ini jarang terjadi (ditemui) dalam event BWF. Cukup bingung menerapkan strategi. Saat ingin menyerang malah terburu-buru untuk matiin malah mati sendiri. Malah sebaliknya dia hanya colek saja, dicepetin, tidak pakai power, tapi cukup tepat digunakan. Sedangkan kalau saya melakukan itu rasanya tidak bisa dapat permainannya karena situasi bolanya cepat. Harus lebih berani tempo menyerang dan pukulan-pukulan kecil. Di game kedua bisa menang gimana? Jonatan: Sebetulnya itu karena dia mati sendiri juga, itu jadi keuntungan. Seharusnya saya bisa menyelesaikan permainan dengan bagus tapi pas 20-17 saya 'tap' bola malah jauh. Beberapa kali juga mati sendiri. Sebetulnya menyesal juga kenapa itu terjadi di poin akhir. Penampilan lawan hari ini gimana? Jonatan: Dia bermain nothing to lose karena dari kemarin dia bermain lawan Son Wan Ho, Kenta Nishimoto. Dia menang. Makanya dia kalah gak apa, menang bagus. Posisinya terbalik sekarang, saya merasa dulu dia seperti saya, mengejar, tapi sekarang malah terbeban. Terlebih lagi dari kemarin mainnya kurang lepas, jadi saat poin-poin awal ada trauma. Merasa bersalah tidak? Jonatan: Pasti, saya harap kami bisa menang. Kalau menang saya bisa sedikit lega karena saat poin 20-17 itu menentukan banget. Kalau amit-amit, jangan sampai ya Indonesia kalah, saya jujur akan merasa sangat bersalah karena saya seharusnya bisa mendapatkan poin, tapi saya tidak bisa. Foto: Badmintalk #BATC2020 #Manila #Philippines #juara #champion #winner #brilliant #amazing #incredible #awesome #badminton #badmintonplayer #love #indonesia #bulutangkis #羽毛球 #バドミントン #배드민턴

A post shared by Badminton Talk (@badmintalk_com) on

***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Badminton Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x