Dianggap Sering Kritik Sana Sini, dr. Tirta Buka Suara: Kritikan Itu Bagian Demokrasi, Bukan Oposisi

22 Desember 2020, 21:26 WIB
dr. Tirta Mandira Hudhi/ youtube.com/ Karni Ilyas Club/ /

PR CIREBON - Akhir-akhir ini cukup ramai pengecapan oleh netizen terhadap beberapa tokoh publik yang berkritik di media sosial.

Salah satunya dr. Tirta Mandira Hudhi atau yang akrab dipanggil dr. Tirta, kerap kali mengkritik beberapa kebijakan pemerintah akhir-akhir ini.

Dokter muda lulusan Universitas Gadjha Mada (UGM) tersebut tengah menjadi sorotan publik lantaran komentarnya terhadap penanganan Covid-19 di Indonesia masih belum maksimal.

Baca Juga: Gus Yaqut: Saya Ingin Jadikan Agama sebagai Inspirasi, Tidak Lagi Menjadi Alat Politik

Melalui acara bincang-bincang dengan wartawan senior dan disebut menjadi Presiden Indonesia Lawyer Club (ILC), Karni Ilyas itu, dr Tirta menyampaikan bahwa dirinya kerap kali dicap oleh netizen jika mengkritik pemerintah.

"Rata-rata saya kritik pak Jokowi dianggap kadrun, trus saya kritik pak Anies saya dianggapnya cebong. jadi saya pusing gitu," jelasnya dalam akun Youtube Karni Ilyas Club pada 19 Desember 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com.

Menurut dr. Tirta mengkritik itu bukan tentang keberpihakan pilihan politik, karena mengritik merupakan bagian dari demokrasi.

Baca Juga: Sering Ngalamin Ngidam Padahal Nggak Lagi Hamil? Ternyata Ini Faktor-faktor Penyebabnya

"Kita mengritik itu bagian dari demokrasi, karena saya berfikir kalau nanti kritik ini dibungkam dan dianggap sebagai oposisi, itu yang terjadi adalah anak muda takut bersuara," tegasnya.

"Gak ada lagi generasi Bung Tomo. Inget loh surabaya menang itu karena Bung Tomo itu berteriak di radio, nah itulah yang saya bilang," lanjut dr. Tirta.

Lantas dr. Tirta mengutip kata-kata dari komika Tretan Muslim yang mengatakan anak muda itu berhak bersuara seabsurd apapun.

Baca Juga: Sandiaga Uno Jadi Menteri di Kabinet, Musni Umar: Wajar Banyak Emak-emak Marah

"Terserah yang mau denger, kalau mempercayai yang absurd dan diviralin ya berarti dia gada bedanya dengan mereka," ucapnya.

dr. Tirta menyampaikan bahwa jika ada pendapat yang tidak setuju dengan pendapat kita, tidak berhak untuk dimusuhi.

Kritikan dokter yang jadi pengusaha ini sudah banyak tertuju kepada kebijakan pemerintah, salah satunya dalam penanganan tes swab di bandara.

Baca Juga: Bayi Gajah Tertabrak Sepeda Motor, Tim Penyelamat Berhasil Kembalikan Kesadarannya

Dirinya tidak setuju dengan adanya surat bebas Covid-19 untuk bepergian dan seharusnya di sediakan tes swab di bandara agar lebih efektif mencegah Covid-19.

"Surat bebas Covid-19 itu misleading. Jadi tanggepannya kalau kita rapid dapet surat bebas Covid-19 itu aman. Akhirnya Covid-19 merata, nah akibat itu," jelas dr. Tirta.

Selama 9 bulan dr. Tirta menyuarakan hal tersebut hingga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia, Luhut B. Pandjaitan akhirnya menerapkan tes swa antigen di bandara untuk syarat bepergian.

Baca Juga: Mengejutkan, Permainan Superseed di Facebook Sudah Prediksi Gus Yaqut Sebagai Menteri Agama

"Persisi kemarin pak Luhut membuat kebijakan usulan swab antigen di bandara. Waduh, sampe semua dokter itu mention, akhirnya 9 bulan bersuara," ungkapnya.

Sampai saat ini dr. Tirta menjadi relawan yang mewakili suara rakyat dan tetap menjalankan bisnisnya dibidang fashion.***

 

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Youtube

Tags

Terkini

Terpopuler