Fenomena Menarik Saat Lockdown: Polusi Berkurang hingga Binatang Buas Rajai Jalanan

- 22 April 2020, 16:45 WIB
Dalam foto file Sabtu, 11 April 2020 ini, satu pak serigala makan makanan anjing yang ditinggalkan oleh seorang wanita di Taman Hayarkon di Tel Aviv, Israel. Dengan kuncian terhadap krisis coronavirus, taman luas praktis kosong. Ini telah membuka jalan bagi sekelompok serigala untuk mengambil alih oasis kota ini di jantung kota ketika mereka mencari makanan
Dalam foto file Sabtu, 11 April 2020 ini, satu pak serigala makan makanan anjing yang ditinggalkan oleh seorang wanita di Taman Hayarkon di Tel Aviv, Israel. Dengan kuncian terhadap krisis coronavirus, taman luas praktis kosong. Ini telah membuka jalan bagi sekelompok serigala untuk mengambil alih oasis kota ini di jantung kota ketika mereka mencari makanan / (Foto AP / Oded Balilty)

PIKIRAN RAKYAT - Terkait penguncian wilayah atau lockdown akibat pandemi Covid-19, memaksa hampir setengah juga penduduk bumi berdiam di rumah, sebagai wujud taat akan aturan yang diberlakukan pemerintah.

Meskipun penguncian wilayah berdampak buruk pada perekonomian dunia, namun sejumlah negara mendapat manfaat lain, yaitu polusi berkurang dan udara menjadi bersih.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Associated Press, polusi nitrogen dioksida di Amerika Serikat bagian timur turun 30 persen. Tingkat polusi udara Roma dari pertengahan Maret hingga pertengahan April turun 49 persen dari tahun lalu.

Baca Juga: Cek Fakta: Hoaks Modus Pembunuhan dengan Suara Tangisan Bayi, Simak Faktanya

Malam hari, bintang-bintang sepertinya lebih terlihat lebih jelas dibanding biasanya.

Tak hanya itu, fenomena menarik dari pemberlakuan kebijakan lockdown juga berdampak pada keberadaan binatang yang tak lazim berkeliaran di jalanan, nampak merajai kawasan manusia.

Anjing hutan telah berkelana di sepanjang pusat kota Chicago, seekor puma menjelajahi jalanan Santiago, Chil dan kambing mengambil alih sebuah kota di Wales.

Baca Juga: Ratu Tisha Mundur, Iwan Bule Tunjuk Yunus Nusi Jadi Plt Sekjen PSSI

Di India, satwa liar seperti monyet lapar berani memasuki rumah dan membuka lemari es untuk mencari makanan.

"Ini memberi kita wawasan yang sangat luar biasa tentang seberapa besar kekacauan yang kita buat di planet kita yang indah ini.

"Ini memberi kita kesempatan untuk secara ajaib melihat seberapa baik itu bisa terjadi," ujar ilmuwan konservasi Stuart Pimm dari Duke University.

Baca Juga: Supir WHO yang Tengah Membawa Swab Test Corona Ditembak, Sang Ayah: Dia Pahlawan Kesehatan

Chris Field, Direktur Stanford Woods Institute for the Environment, mengumpulkan para ilmuwan untuk menilai perubahan ekologis yang terjadi pada begitu banyak umat manusia yang tinggal di rumah.

Para ilmuwan mengatakan mereka bersemangat untuk mengeksplorasi perubahan tak terduga dalam gulma, serangga, pola cuaca, kebisingan dan polusi cahaya.

Bahkan, Pemerintah Italia sedang mengerjakan ekspedisi laut untuk mengeksplorasi perubahan laut selepas ditinggal para penyelam dan nelayan.

Baca Juga: Update Corona Dunia Rabu, 22 April 2020: Indonesia Paling Banyak Kematian se-Asia Tenggara

"Dalam banyak hal kita seperti memukul sistem bumi dengan palu godam dan sekarang kita meliha dampak yang terjadi pada Bumi," ujar Field.

Sementara itu, ilmuwan atmosfer NASA Barry Lefer, mengungkapkan udara dari Boston ke Washington adalah yang terbersih sejak satelit NASA mulai mengukur nitrogen dioksida.

Pengukuran NASA menunjukan, dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya, polusi udara Maret turun 46 persen di Paris, 35 persen di Bengaluru, India.

Baca Juga: Para Miliader AS Menyembunyikan Diri di Bunker Selandia Baru untuk Hindari Virus Corona

Kemudian, 38 persen di Sydney, 29 persen di Los Angeles, 26 persen di Rio de Janeiro dan 9 persen di Durban, Afrika Selatan.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: AP News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah