Buat Pernyataan Hoaks Terkait Lockdown, Presiden Zimbabwe Ancam Penjarakan Pelaku 20 Tahun

- 15 April 2020, 15:55 WIB
Zimbabwe melakukan lockdown di tengah krisis ekonomi yang melanda negara itu.
Zimbabwe melakukan lockdown di tengah krisis ekonomi yang melanda negara itu. //Reuters

PIKIRAN RAKYAT- Tekait beredarnya penyataan perpanjangan penguncian wilayah atau lockdown di Zimbabwe lengkap dengan jiplakan tanda tangan Presiden Emmerson Mnangagwa pada Selasa, 12 April 2020 kemarin, ia telah mengancam akan memenjarakan pelaku.

Penyataan yang disiarkan dalam salah satu televisi swasta di Zimbabwe, Mnagagwa mengatakan, terkait wacana perpanjangan penguncian yang beredar di media sosial bukan rilis resmi pemerintah. Itu berita palsu.

"Ini tentu sangat tidak masuk akal, saya tidak pernah membuat pernyataan semacam itu," ujar Mnangagwa seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Reuters.

Baca Juga: NASA Berhasil mengabadikan Foto Mirip Seekor Naga di Permukaan Planet Mars

Lebih lanjut, Mnangagwa menyebut, akan menangkap pelaku dan menjeratnya dengan ancaman hukuman tingkat 14, yaitu 20 tahun penjara. Sebagai bentuk tindakan tegas atas beredarnya berita palsu tersebut.

Bulan lalu, pemerintah negara di selatan Afrika itu mengumumkan regulasi karantina wilayah, termasuk aturan hukuman penjara hingga 20 tahun bagi orang yang menyebarkan berita palsu terkait wabah Covid-19.

Paul Nyathi, juru bicara kepolisian nasional mengatakan, lebih dari 5.000 orang telah ditahan karena bepergian ke luar rumah tanpa izin. Tentara juga diterjunkan untuk membantu polisi menegakkan peraturan dalam masa pembatasan itu.

Baca Juga: Begadang Setiap Hari? Berikut Cara Mengatasi Sulit Tidur Berdasarkan Tipe Zodiak

Namun, pemerhati Hak Asasi Manusia (HAM) di Zimbabwe, yaitu ZLHR menyatakan, regulasi tersebut mengakibatkan peningkatan kasus warga dipukuli oleh pihak keamanan karena menentang aturan karantina wilayah.

Namun, pihak kepolisian mengaku tidak menerima laporan apa pun atas tindakan yang ditakutkan oleh para pemerhati HAM itu.

Sementara itu, pemerintahan kabinet Mnangagwa baru akan bertemu pekan ini untuk memutuskan apakah karantina wilayah selama 21 hari tersebut akan diakhiri, disesuaikan, atau diperpanjang, seiring dengan catatan 17 kasus infeksi dan tiga pasien meninggal dunia.

Baca Juga: Layaknya Berjuang di Medan Perang, Veteran PD II Berusia 99 Tahun Berhasil Kalahkan Corona

Seperti dilansir laman independen World Meter, jumlah terinfeksi akibat wabah virus corona di Zimbabwe tercatat sebanyak 18 orang, dengan korban yang meninggal dunia dilaporkan hanya 3 orang.

Oleh karena itu, keputusan penguncian wilayah yang ekstrem seakan terlalu dini dilakukan, melakukan dampak penguncian wilayah ini akan menyerang sektor perekonomian penduduk Zimbabwe.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS World Meter Coronavirus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah