PR CIREBON – Thailand membela pencampuran dua vaksin Covid-19 yang berbeda yang dilakukan negara itu untuk memerangi lonjakan infeksi.
Pembelaan tersebut merupakan tanggapan Thailand usai ilmuwan top WHO memperingatkan tindakan pencampuran vaksin itu adalah ‘tren berbahaya’ yang tidak didukung oleh bukti.
Saat ini Thailand tengah berjuang untuk menahan wabah terbarunya yang dipicu oleh varian Delta yang sangat menular.
Baca Juga: Tanggapi Ocehan Bu Risma, Andi Arief Sebut Alam Bawah Sadar Bu Risma Rendahkan Papua
Akibat penyebaran varian Delta, kasus dan kematian akibat Covid-19 di Thailand menjadi meroket dan sistem perawatan kesehatan menipis.
Pihak berwenang negara itu mengatakan mereka mencampur dosis pertama suntikan Sinovac buatan Tiongkok dengan dosis kedua AstraZeneca.
Hal itu dilakukan untuk mencoba dan mencapai efek penguat dalam enam minggu, bukan 12.
Kepala virologi Thailand, Yong Poovorawan, mengatakan tindakan itu akan dilakukan mungkin dengan menggabungkan vaksin virus yang tidak aktif, yakni Sinovac, dengan vaksin vektor virus seperti AstraZeneca.