PR CIREBON – Penyelidikan mengenai asal muasal Covid-19 yang dimulai di Tiongkok terus dilakukan banyak pihak, termasuk intelijen Amerika Serikat (AS) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebelumnya, WHO pernah mengirim tim mereka untuk melakukan penyelidikan ke Wuhan, Tiongkok, pada Januari 2021 lalu.
Akan tetapi, hasil dari penelitian yang dilakukan WHO itu dianggap mengecewakan karena Tiongkok tidak mau memberikan data mentah awal terjadinya pandemi.
Baca Juga: Bisa Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh? Berikut Ini Manfaat dari Jeruk Nipis
Menurut salah satu anggota dewan penasihat WHO, pemerintah Tiongkok hingga kini masih menyembunyikan secara besar-besaran terntang asal usul sebenarnya dari virus Corona.
Hal itu menjadi hambatan terbesar bagi penyelidikan yang dilakukan oleh pihak mana pun.
“Masalah yang kita hadapi di sini bukanlah WHO, bukan juga Dr. (Anthony) Fauci," kata anggota dewan penasihat WHO, Jaime Metzl, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari New York Post.
“Masalahnya adalah Tiongkok telah terlibat dalam penyembunyian besar-besaran yang berlangsung hingga hari ini,” lanjutnya.
Metzl lalu membeberkan seperti apa penyembunyian yang menurutnya dilakukan Tiongkok tersebut.
“Melibatkan penghancuran sampel, menyembunyikan catatan, menempatkan perintah pembungkaman universal pada ilmuwan Tiongkok dan memenjarakan jurnalis Tiongkok yang mengajukan pertanyaan paling mendasar. Itulah yang perlu kita lakukan untuk menyiasatinya,” jelasnya.
Baca Juga: 8 Juni 2021 Memperingati Hari Laut Sedunia, Simak Tema untuk Tahun Ini
Metzl adalah pendukung teori bahwa virus secara tidak sengaja bocor dari laboratorium virologi di kota Wuhan, yang bertentangan dengan penularan alami dari hewan ke manusia.
Teori kebocoran laboratorium itu telah mendapatkan kepercayaan dalam beberapa pekan terakhir setelah serangkaian pengungkapan.
Salah satunya adalah laporanbahwa tiga peneliti di Institut Virologi Wuhan dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang tidak diketahui pada November 2019, sebelum wabah virus Corona.
Laporan itu dibantah keras oleh Beijing dan mengecam AS yang melakukan penyelidikan terhadap teori itu.
Selain itu, rilis ribuan halaman email ke dan dari Fauci minggu lalu mengungkapkan bahwa ia diberi tahu pada Januari 2020 bahwa virus itu dapat direkayasa.
Bulan lalu, Presiden Biden memerintahkan komunitas intelijen untuk meninjau semua bukti terkait asal usul virus dan melaporkan kembali dalam waktu 90 hari.
Baca Juga: Rizal Ramli Sibuk Pelajari Laporan Keuangan Dana Haji, Usai Terima Tantangan Debat Yandri Susanto
Terlepas dari bukti tidak langsung yang berkembang tentang kebocoran laboratorium, Metzl mengatakan bahwa teori itu tidak dapat dianggap benar tanpa penyelidikan penuh.
"Kami perlu melakukan segala kemungkinan untuk melakukan penyelidikan penuh," katanya.
“Jika Tiongkok mengizinkannya, itu bagus. Jika mereka tidak mengizinkannya, kita perlu memiliki proses paralel dengan Amerika Serikat yang bekerja dengan sekutu dan mitra di seluruh dunia,” ia melanjutkan.
Metzl menambahkan bahwa semakin banyak tembok penghalang oleh Tiongkok, semakin terlihat mencurigakan.
“Tiongkok mungkin tidak ingin menyelidiki asal mula pandemi ini, atau mungkin mereka sudah tahu bagaimana awalnya, tetapi kami tidak dapat memberikan hak veto kepada Tiongkok mengenai apakah atau tidak kami menyelidiki pandemi terburuk dalam satu abad,” pungkasnya.***