Pengamat Asing Menilai Perombakan Kabinet Indonesia Maju Tak Jadi Obat Mujarab di Krisis Covid-19

- 24 Desember 2020, 07:47 WIB
(Kiri) Sandiaga Salahudin Uno Menteri Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif yang baru saja dilantik, (kanan) Presiden Jokowi, saat pelantikan di Istana Negara, di Jakarta, Rabu, 23 Desember 2020.
(Kiri) Sandiaga Salahudin Uno Menteri Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif yang baru saja dilantik, (kanan) Presiden Jokowi, saat pelantikan di Istana Negara, di Jakarta, Rabu, 23 Desember 2020. /Twitter.com/@sandiuno

Sebab, hanya dengan doa saja masih belum cukup kalau tidak dibarengi oleh sebuah tindakan pencegahan.

Bahkan ahli epidemiologi juga menyerukan sebuah langkah-langkah untuk penahanan yang lebih ketat dan penegakan protokol kesehatan.

Baca Juga: Unik Sedikit Seram, Properti Tengkorak Halloween Digunakan sebagai Dekorasi Natal, Mau Ikutan?

Selain itu, ahli epidemiologi juga menunjukkan adanya kekurangan dalam pengujian dan pelacakan kontak.

Negara Indonesia telah mencatat lebih dari 685.600 kasus dan 20.400 kematian, beban kasus tertinggi di Asia Tenggara.

“Presiden telah menugaskan saya untuk fokus pada bagaimana kita dapat menangani masalah Covid-19 secepat dan sebaik mungkin,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Baca Juga: Ahli Tegaskan Kekebalan Kawanan Tak Bisa Hentikan Penyebaran Covid-19 di Swedia

Tidak hanya Menteri Terawan saja yang terkena imbas dari pergantian kabinet Indonesia Maju, posisi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kini telah digantikan oleh mantan saingan politik Presiden Jokowi, Sandiaga Uno.

Muhammad Lutfi kembali ke pekerjaan sebelumnya sebagai Menteri Perdagangan.

“Cara kami menangani pandemi sejak awal tidaklah tepat, dan juga tidak cepat,” kata Dicky Budiman, peneliti pandemi di Universitas Griffith Australia.

Halaman:

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah