WHO Imbau Negara-negara di Dunia untuk Tidak Terlalu Cepat Longgarkan Pembatasan Covid-19: Ini Belum Berakhir

7 Juli 2021, 11:15 WIB
WHO mengimbau pemerintah di seluruh dunia untuk tidak terlalu cepat melonggarkan pembatasan Covid-19, menyebut pandemi belum berakhir. /Pixabay/Padrinan

PR CIREBON – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pemerintah di seluruh dunia agar tidak melonggarkan pembatasan Covid-19 terlalu cepat.

Menurut WHO, negara-negara yang melakukannya berisiko membayar harga yang mahal jika bergegas kembali ke normalitas secara cepat.

Dalam konferensi pers, pakar darurat WHO Mike Ryan mengatakan gelombang infeksi baru Covid-19 dapat segera terjadi.

Baca Juga: Nama dan Kontennya Digunakan Para Oknum untuk Penipuan, Baim Wong: Keterlaluan Engga, Bisa Didiemin!

Ia juga mencatat bahwa untuk sebagian besar dunia, pandemi Covid-19 baru saja dimulai.

"Semua negara di Amerika masih memiliki hampir satu juta kasus seminggu. Dan hal yang sama terjadi di Eropa dengan setengah juta kasus seminggu. Ini belum berakhir," ujar Ryan, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Pekan lalu, direktur WHO dari Afrika telah memperingatkan bahwa kecepatan dan skala gelombang ketiga Covid-19 di benua itu tidak seperti yang pernah dilihat sebelumnya.

Baca Juga: Album TWICE Taste Of Love Terbaru Sukses Mencetak Sejarah Penjualan di Amerika Serikat!

“Kasus Covid-19 meningkat dua kali lipat setiap tiga minggu, dibandingkan dengan setiap empat minggu pada awal gelombang kedua,” kata Dr Matshidiso Moeti.

Sementara itu di Rusia, kematian akibat virus Corona mencapai rekor harian lain pada Selasa, 6 Juli 2021, dengan pihak berwenang melaporkan 737 kematian lagi.

Penghitungan harian infeksi yang dikonfirmasi telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam sebulan terakhir, melonjak dari sekitar 9.000 pada awal Juni menjadi lebih dari 23.000 minggu ini.

Baca Juga: Berdebat dengan Vicky Prasetyo Hanya Karena Hal Kecil ini! Kalina Ocktaranny: Cowoknya Ganteng-ganteng

Imbauan WHO itu datang di tengah kekhawatiran baru atas varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India pada bulan April.

Strain baru, yang dianggap sebagai varian yang paling menular, kini telah menyebar ke hampir 100 negara di seluruh dunia.

Para ahli mengatakan lebih dari 80 persen populasi suatu negara perlu divaksinasi untuk menahan lonjakan kasusnya.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 7 Juli 2021: Taurus Waspada, Gemini Kerja Individu, dan Cancer Ada Kejutan

Pada hari yang sama WHO mengeluarkan peringatannya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan bahwa sebagian besar pembatasan Covid-19 di negara itu akan dicabut dalam dua minggu.

"Jika kita tidak dapat membuka kembali masyarakat kita dalam beberapa minggu ke depan dengan datangnya musim panas dan liburan sekolah, maka kita harus bertanya pada diri sendiri, kapan kita bisa kembali normal," kata Johnson kepada wartawan.

Boris Johnson mengakui akan ada lebih banyak infeksi, tetapi orang perlu belajar untuk hidup dengan virus.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler