Warga Brasil Kembali Berunjuk Rasa Tuntut Pemakzulan Presiden Bolsonaro: Kita Perlu Berjuang

25 Juli 2021, 19:00 WIB
Unjuk rasa yang dilakukan warga Brasil dalam menuntut pemakzulan Presiden Bolsonaro kembali dilakukan. /REUTERS/Adriano Machado.

PR CIREBON – Para pengunjuk rasa turun kembali ke jalan-jalan di seluruh Brasil untuk menuntut Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro mundur.

Desakan warga Brasil agar Presiden Bolsonaro turun itu disebabkan penanganan pemerintahan terhadap pandemi virus Corona serta tuduhan korupsi baru-baru ini.

Demonstran berbaris di Rio de Janeiro dan beberapa kota lain di seluruh Brasil pada Sabtu, 24 Juli 2021 waktu setempat dan menuntut Presiden Bolsonaro mencopot jabatannya.

Baca Juga: Juru Bicara IOC Tegaskan Penggunaakan Masker Wajib Dilakukan Saat Penyerahan Medali

Unjuk rasa tersebut, seperti dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera, merupakan yang terbaru dari kemarahan publik dan frustrasi yang melanda negara Amerika Selatan itu dalam beberapa pekan terakhir.

Penyelenggara protes mengatakan aksi dijadwalkan berlangsung di 500 lokasi di seluruh Brasil dan di luar negeri.

Para demonstran mengeluh tentang program vaksinasi yang dimulai terlambat di Brasil dan tingkat pengangguran yang tinggi, dan menuntut lebih banyak bantuan darurat untuk orang miskin yang bergulat dengan pandemi.

Baca Juga: Tipe Pacar Seperti Apakah Dirimu untuk Pasangan? Ini Penjelasannya Bersadarkan Tanda Zodiak

“Saya di sini karena sudah waktunya untuk beraksi terhadap pemerintah genosida yang kita miliki, yang telah mengambil alih negara kita,” kata Marcos Kirst, seorang pengunjuk rasa di Sao Paulo.

“Sangat penting bahwa setiap orang yang merasa tersinggung atau tertindas oleh pemerintah ini turun ke jalan, karena kita perlu berjuang untuk kembalinya demokrasi,” ujar Laise de Oliveira, seorang pekerja sosial berusia 65 tahun.

Bolsonaro, yang meremehkan virus Corona dan keparahan wabah, selama berbulan-bulan telah menolak seruan untuk memberlakukan pembatasan kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Raj Kundra Ditangkap karena Kasus Pornografi, Shilpa Shetty Klaim 'Hotshots' Konten Aplikasi Erotika

Hingga saat ini, wabah Covid-19 di negara itu telah menewaskan lebih dari 548.000 orang di seluruh Brasil.

Data itu adalah jumlah kematian tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Sebuah komisi Senat Brasil pada bulan April meluncurkan penyelidikan terhadap penanganan krisis oleh pemerintah, sementara Bolsonaro telah melihat popularitasnya turun di tengah serangkaian skandal.

Baca Juga: Erick Thohir Blusukan Jenguk Karyawan BUMN Isoman: Kaya Romeo dan Juliet Nih Kita

Sebuah survei baru-baru ini menunjukkan mayoritas orang Brasil akan mendukung upaya untuk memakzulkannya.

Bolsonaro juga berada di bawah tekanan politik setelah muncul pertanyaan tentang dugaan penyimpangan dalam proses pengadaan vaksin Covid-19, serta tuduhan korupsi di masa lalu. Bolsonaro membantah tuduhan itu.

“Apa yang kita saksikan adalah hilangnya dukungan politik untuk presiden,” ujar Claudio Couto, seorang ilmuwan politik di Getulio Vargas Foundation di Brasil.

Baca Juga: Ungkap Alasan Lebarkan Sayap di Dunia Bisnis, Rizky Billar: Saya Sadar, Industri Ini Enggak Selamanya

Couto mengatakan meskipun kemauan politik untuk memakzulkan Bolsonaro meningkat, presiden Brasil tersebut mempertahankan dukungan yang cukup besar di Kongres.

“Karena perlu memperoleh setidaknya dua pertiga suara baik di DPR dan di Senat. Bolsonaro memiliki setidaknya 40 persen kursi baik di DPR dan Senat, tidak mungkin dimakzulkan hari ini,” jelas Couto.

Sementara itu, ketika jumlah kematian akibat virus Corona mulai surut dan pembatasan lokal dicabut di beberapa tempat, para ahli mempertanyakan apakah upaya vaksinasi Brasil akan cukup untuk mencegah penyebaran varian virus yang lebih menular.

Baca Juga: Gambar Pertama yang Dilihat di Tes Kepribadian Kali ini Tunjukan Cara Anda Ungkap Cinta pada Pasangan!

Varian Delta meningkatkan kasus dan kematian secara global setelah penurunan kasus, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengantisipasi mutasi itu akan menjadi dominan dalam beberapa bulan.

“Kasus akan meledak,” tutur Gonzalo Vecina, seorang profesor kesehatan masyarakat di Universitas Sao Paulo.

“Akan ada gelombang baru. Kita rerlalu banyak dan terlalu cepat membuka pembatasan,” ujarnya.

Baca Juga: Akui Terinspirasi dari Raffi Ahmad dalam Berbisnis, Rizky Billar: Banyak Hal Baik yang Bisa Saya Contoh

Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan 140 kasus varian Delta pada Jumat, 23 Juli 2021 lalu, termasuk di tiga negara bagian terpadatnya, dan 12 kematian.

Analis mengatakan angka-angka itu sangat kecil karena kurangnya pengujian dan pengurutan genom.

Delta telah terdeteksi di setidaknya 18 negara Amerika Latin, menurut Pan American Health Organization.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler