PR CIREBON - Setelah mengalami kemunduran di Amerika Serikat (AS) dan India, Tencent Holdings memilih Singapura sebagai tempat berpijaknya untuk Asia dan bergabung dengan saingannya Alibaba Group Holding dan ByteDance dalam perlombaan untuk membangun kehadiran mereka lebih dekat ke wilayah yang menjadi rumah mereka.
Manajemen di media sosial dan perusahaan game terbesar Tiongkok tersebut telah membahas Singapura sebagai pusat regional yang potensial dan ketegangan geopolitik mempercepat rencananya.
Dikutip Pikiranrakyat-Cirebon.com dari Straits Times, Tencent telah mempertimbangkan pengalihan beberapa operasi bisnis, termasuk penerbitan game internasional, keluar dari negara asalnya, menurut sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya saat mendiskusikan hal tersebut.
Baca Juga: Imam Masjid Dibacok hingga Syekh Ali Jaber Ditusuk, PA 212 Serukan Kewaspadaan Lawan Pembenci Islam
Raksasa teknologi Tiongkok semakin beralih ke Asia Tenggara dalam menghadapi permusuhan yang meningkat dari AS dan pasar utama lainnya, menjadikan kawasan tersebut, dengan 650 juta populasinya yang semakin banyak menggunakan smartphone, sebagai medan pertempuran utama.
Presiden AS Donald Trump telah melarang entitas AS berurusan dengan aplikasi Tencent, WeChat, mulai 20 September sementara game populer perusahaan yakni PUBG Mobile dan Arena of Valor dilarang di India.
“Kami akan membuka kantor baru di Singapura untuk mendukung bisnis kami yang sedang berkembang di Asia Tenggara dan sekitarnya selain yang saat ini sudah ada di Malaysia, Indonesia dan Thailand. Kami akan merekrut untuk berbagai posisi termasuk pengembangan teknologi dan bisnis,” tulis Tencent dalam sebuah pernyataan tanpa memberikan rincian.
Baca Juga: Ditekan Aktivis Hak Asasi Manusia, Amerika Serikat Umumkan akan Membatasi Impor Produk dari Xinjiang
Tencent saat ini memiliki lusinan lowongan pekerjaan di Singapura untuk bisnis termasuk perdagangan lintas batas, komputasi, dan e-sports, menurut situs perekrutannya.