Hardiknas Jadi Momentum bagi YAPPIKA-ActionAid, Tingkatkan Pengetahuan Publik tentang Pendidikan Inklusif

- 2 Mei 2021, 19:20 WIB
Ilustrasi anak sekola - YAPPIKA-ActionAid selenggarakan rangkaian kegiatan untuk peringati Hardiknas dengan tingkatkan pengetahuan publik soal pendidikan inklusif.*
Ilustrasi anak sekola - YAPPIKA-ActionAid selenggarakan rangkaian kegiatan untuk peringati Hardiknas dengan tingkatkan pengetahuan publik soal pendidikan inklusif.* /Pixabay/Stokpic



PR CIREBON - Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat (YAPPIKA-ActionAid) menyelenggarakan rangkaian kegiatan untuk peringati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

YAPPIKA-ActionAid ingin meningkatkan pengetahuan publik mengenai pendidikan inklusif, pada Hardiknas yang diperingati pada 2 Mei 2021 ini.

Kegiatan YAPPIKA-ActionAid dalam rangka peringatan Hardiknas ini, diselenggarakan dengan diskusi publik secara daring, pameran virtual, dan talkshow TV melalui daring.

Baca Juga: Sebut Kebijakan Joe Biden Tak Bersahabat, Korea Utara: Tipuan Politik untuk Hancurkan Ideologi

YAPPIKA-ActionAid mengatakan bahwa Hardiknas merupakan momen untuk menyuarakan pendidikan inklusif dan mewujudkan sekolah aman bagi para pelajar di Indonesia.

"Rangkaian kegiatan ini dalam rangka memperingati Hardiknas, saya harapkan dapat dimanfaatkan secara maksimal," kata Direktur Eksekutid YAPPIKA-ActionAid Fransisca Fitri, dikutip Pikiran Rakyat-Cirebon.com dari Antara.

Fitri mengatakan bahwa kegiatan tersebut sebagai ajang pembelajaran dan saran diskusi yang berkualitas dalam mempromosikan tata kelola dan akuntabilitas yang baik di sektor pendidikan di Indonesia.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun ke-6, Pangeran William dan Kate Middleton Bagikan Foto Terbaru Putri Charlotte

Ia menambahkan bahwa melalui keterlibatan masyarakat sipil yang aktif, akan membantu proses pembangunan publik.

Menurut penelitian YAPPIKA-ActionAid, di enam kabupaten atau kota menunjukan bahwa hampir 250.000 atau 1 dari 5 ruang kelas SD Negeri di Indonesia, dalam kondisi rusak, rawan roboh, lembab, dan berdebu.

Kondisi tersebut, mengakibatkan 1 dari 5 anak SD setiap hari terancam bahaya belajar di ruang kelas yang rusak.

Baca Juga: Forum Ilmiah India Temukan Varian Mutasi Covid-19 'B.1.617', Ini Penyebab Lonjakan Virus Corona?

Data tersebut juga berdasarkan riset Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang menunjukan bahwa terdapat 150.000 SD berada di kawasan rawan bencana.

Selain itu, sebanyak 36 persen SD Negeri di Indonesia juga tercatat tidak punya toilet yang layak.

"Dengan dukungan penuh para mitra kerja kami di daerah, Uni Eropa, serta dukungan korporasi dan dana publik, terdapat 5.362 anak-anak di 92 sekolah dampingan sudah merasakan fasilitas pendidikan yang lebih baik," ujar Fitri.

Baca Juga: Indonesia Kembali Terima Bulk Vaksin Covid-19, Bio Farma Targetkan Belasan Juta Dosis pada Pertengahan Mei

Tetapi, Fitri mengungkapkan bahwa perjuangan tersebut masih panjang karena masih ada ribuan sekolah dengan kondisi yang tidak layak.

Hingga 1 November 2021, terdapat pameran virtual yang akan menampilkan foto-foto kondisi sekolah di 6 wilayah kerja YAPPIKA-ActionAid, yaitu Kabupaten Bima di NTB, Kupang dan Sumba Barat di NTT,  Kabupaten Bogor di Jabar, Kabupaten Sambas di Kalbar, dan Kabupaten Pandeglang dan Serang di Banten.

Pameran tersebut akan memotret kondisi sekolah sebelum pendampingan pelaksanaan program dan sesudah ketika pendampingan program berjalan, serta keterlibatan anggota komunitas sekolah.

Baca Juga: Semakin Panas, Korea Utara Sebut Pernyataan Joe Biden Seperti Menabuh Genderang Perang

Selanjutnya, rangkaian kegiatan YAPPIKA-ActionAid bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat umum agar peduli dan membantu mewujudkan pendidikan inklusif melalui berbagai kegiatan penggalangan dana.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x