Jika Sekolah Tatap Muka Dibuka Pada Januari 2021, Simak Penjelasan Pakar Terkait Risiko Covid-19

- 27 November 2020, 06:44 WIB
Ilustrasi sekolah tatap muka.
Ilustrasi sekolah tatap muka. /Pexels/Max Fischer/

PR CIREBON - Pada 20 November 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim akhirnya mengizinkan sekolah-sekolah kembali menyelenggarakan pembelajaran tatap muka pada Januari 2021 mendatang.

Nadiem mangatakan, semua sekolah boleh mulai merealisasikan pembelajaran tatap muka pada Januari 2021 mendatang tanpa pengecualian faktor risiko ketersebaran Covid-19.

Namun pernyataan Nadiem tersebut menimbulkan pro-kontra di kalangan orang tua murid. Ada yang mendukung namun tidak sedikit pula yang menentang.

Baca Juga: Penurunan Baliho oleh TNI, Gatot Nurmantyo: Kalau Ada Perintah Atasan, Pangdam Jaya Tidak Salah

Untuk lebih mengetahui, simak penjelasan pakar edukasi Covid-19, dr. Adam Prabata alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) yang dijelaskan melalui akun Instagram @adamprabata, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com.

Ditinjau dari risiko anak bila terkena Infeksi Covid-19, risiko anak yang terinfeksi Covid-19 untuk dirawat inap 20 kali lebih rendah dibandingkan pasien Covid-19 yang menjangkit orang dewasa.

Namun, satu dari tiga anak terinfeksi Covid-19 yang dirawat inap berisiko masuk ICU, lantaran berisiko terkena multisystem inflammatory syndrome atau kondisi di mana berbagai bagian tubuh dapat meradang.

Baca Juga: Fakta Dibalik Gaya Modis Istri Tersangka Korupsi Edhy Prabowo, Barang Mewah Senilai Rp 750 Juta

Selanjutnya dari aspek risiko anak untuk terinfeksi dan menginfeksi orang lain. Dalam hal ini, anak memiliki risiko yang sama besarnya untuk tertular Covid-19 bila dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua.

Selain itu, anak juga berisiko memiliki kemampuan penularan Covid-19 yang sama dengan kelompok yang lebih tua.

Kemudian tidak luput risiko penularan covid-19 dari guru dan staf yang ada di sekolah yang membuka pembelanjaran tatap muka.

Guru dan staf sekolah dapat tertular dan menularkan Covid-19, baik itu tertular dari siswa ataupun menularkannya ke siswa.

Sehingga, pencegahan maksimal juga perlu dipikirkan dan dilakukan dengan baik oleh guru dan staf yang bekerja di sekolah untuk meminimalisir penularan.

Baca Juga: Sudah Gelar Perkara, Kerumunan Massa Pernikahan Putri HRS Kini Resmi Naik ke Tingkat Penyidikan

Jika melihat negara lain yang telah lebih dulu membuka kembali pembelajaran tatap muka di sekolah, bagi negara-negara di Eropa memang tidak menyebabkan terjadinya peningkatan penularan Covid-19 di masyarakat.

Namun, dalam beberapa kasus di sebagain negara lainnya terjadi pelonjakan kasus Covid-19 di sekolah pasca pembukaan sekolah kembali, antara lain negara Korea, Selatan, Israel dan Prancis.

Sementara itu, potensi gelombang kedua atau jumlah kasus dapat meningkat drastis saat pembukaan kembali sekolah bila tidak disertai dengan peningkatan jumlah tes PCR.

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x