Pro Kontra Tanggapannya Soal Kaum Milenial, Megawati: Saya Butuh Kader yang Punya Jiwa Raga

- 31 Oktober 2020, 20:56 WIB
Megawati Soekarnoputri mengaku bahwa dirinya kerap tidak merasa puas sepenuhnya dengan para kader partai yang mayoritas adalah kalangan milenial.
Megawati Soekarnoputri mengaku bahwa dirinya kerap tidak merasa puas sepenuhnya dengan para kader partai yang mayoritas adalah kalangan milenial. /Antara /Akbar Nugroho Gumay

PR CIREBON - Ketua DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dengan santai menanggapi pro dan kontra, usai melontarkan pernyataan yang meminta Presiden Joko Widodo agar tidak terlalu memanjakan kaum milenial.

Megawati mengaku dirinya memantau banyak yang memviralkan pertanyaannya dalam acara partainya 28 Oktober lalu, saat memberikan arahan dalam Rapat Koordinasi Bidang DPP PDIP dengan tema Gerakan Menanam dan Politik Anggaran: Kebijakan Terobosan Investasi, secara daring.

"Karena apa? Terus kalau sudah disebut generasi milenial, saya nanya, apa baktinya bagi negeri ini? Lalu jadi malah ada talkshow dan sebagainya. Saya senang saja. Tentu sifatnya pro dan kontra," jelas Megawati, seperti dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI.

Baca Juga: Tinjau Pelabuhan Patimban, Menhub: Kegiatan Nelayan Harus Jadi Perhatian Bersama

Menurut Megawati, banyak generasi milenial yang sukses karena menjadi pengusaha.

"Tapi yang lain? Yang saya maksud, berapa banyak rakyat yang sudah kamu tolong? Saya ingin rakyat punya harapan. Partai ini, membawa kemajuan dan kesejahteraan ke depan. Tapi bagaimana bisa kalau manja? Ya ngamuk lah saya. Bilang milenial tak boleh dimanja. Gara-gara omongan saya, sampai banyak talkshow. Wah keren saya. Padahal ya rakyat Indonesia memang harus digembleng untuk punya fighting spirit, tahu membawa Indonesia maju ke depan, membawa rakyat sejahtera," papar Megawati.

Menurutnya, dirinya memilih untuk memimpin partai karena dia menyadari sepenuhnya bahwa partai membutuhkan pemimpin yang akan memimpin hal-hal baik di masa depan, bukan mundur.

Baca Juga: Prancis Menolak Menyerah Meski Diserang Muslim Dunia, Presiden Macron: Kami Bebas di Tanah Sendiri

Namun, sebagai pimpinan utama partai Megawati, dia mengaku kerap masih belum puas dengan kader partai yang sebagian besar adalah kaum milenial. Bagi Megawati sendiri, milenial adalah orang yang lahir di era 1980-an.

Misalnya, Megawati sering melihat ada kader yang tidak serius soal lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipata dan mengibarkan bendera merah putih. Meskipun itu adalah protokol negara.

"Karena apa? Siapa yang akan membela dan menghormati negara kita kalau bukan kita sendiri?" tanya Megawati.

Baca Juga: Bebas Murni dari Tuduhan Gratifikasi, Siti Fadilah Sempat Menunggu Empat Tahun dalam Penjara

"Kalau di Amerika. Saya tak mau bilang di RRC, nanti saya dibilang komunis pula. Di Amerika itu, rakyatnya itu kalau dengar lagu kebangsaannya, itu langsung berdiri," tambahnya.

"Saya butuh kader yang punya jiwa raga, fighting spirit. Makanya saya bilang jangan manjakan milenial. Apa baktinya bagi negeri ini. Bagi saya milenial ini kan itu lahir sekitar tahun 1980-an. Ya kalian ini banyak juga. Jangan mejeng saja. Harus berbuat. Jangan ada di partai ini kalau tidak berbuat," jelasnya.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto menambahkan, yang disampaikan Megawati merupakan pesan bagi kader-kader muda partai, termasuk bagi kaum milenial, bagaimana semua harus berjuang memberikan darma dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara.

Baca Juga: Ikut Tanggapi Emmanuel Macron, Presiden Jokowi: Prancis Lukai Perasaan Umat Islam Seluruh Dunia

“Apa yang disampaikan ibu ketua umum adalah tantangan menggembleng diri, agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, demi memajukan bangsa dan negara," ujarnya.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x