Rapid Test Tidak Bisa Nyatakan Orang Positif Covid-19, IDI: Itu Hanya Alat Screening

- 21 Oktober 2020, 15:11 WIB
Dr. Muhammad Adib Khumaidi, Ketua Terpilih IDI 2021-2024
Dr. Muhammad Adib Khumaidi, Ketua Terpilih IDI 2021-2024 /Youtube/Deddy Corbuzier/PortalSurabaya.com

PR CIREBON - Rapid test merupakan sistem atau cara yang digunakan untuk mendeteksi seseorang yang terinfeksi Covid-19.

Pada saat awal kemunculan Covid-19 di Indonesia, rapid test digadang-gadang menjadi alat yang sering digunakan oleh tenaga kesehatan (nakes) untuk mendeteksi Covid-19 pada seseorang.

Namun ternyata Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tidak menganjurkan penggunaan rapid test sebagai acuan seseorang terkonfirmasi terpapar virus Covid-19.

Ketua IDI Dr. Muhammad Adib Khumaidi, Sp.OT mengatakan bahwa rapid test hanya digunakan sebagai screening awal.

Baca Juga: Menteri Berpegang Lima Arahan Presiden, Moeldoko: Biar Ga Ketinggalan Zaman, Omnibus Law Lahir

"Dari awal kami tidak setuju dengan rapid test. Kami menyampaikan bahwa itu hanya digunakan sebagai screening atau penapisan, tapi tidak bisa digunakan sebagai bukti bahwa seseorang terinfeksi Covid-19," ungkap Adib dalam podcast Deddy Corbuzier pada 21 Oktober 2020, seperti dilihat PikiranRakyat-Cirebon.com pada Rabu, 21 Oktober 2020

Adib menyatakan bahwa sistem screening perlu diperkuat dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) yang diagnosisnya lebih akurat.

Sedangkan, PCR sendiri adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari sel, bakteri atau virus.

Baca Juga: Dolar AS Tumbang Dihadapan Mata Uang Global, Rupiah Menguat Walau Tipis

Dengan pemeriksaan secara mendalam yang dilakukan dengan alat di laboratorium, tentunya hasil yang didapatkan pun lebih akurat.

Ketua IDI mendatang ini menceritakan pengalaman temannya yang juga sesama dokter dn tidak berperan sebagai relawan Covid-19.

Ketika mendapatkan pasien yang hanya screening menggunakan rapid test dan hasilnya negatif, tiba-tiba teman dokternya ini terpapar Covid-19 setelah menangani pasien.

Setelah dilacak menggunakan test PCR ternyata pasien yang ditangani terpapar Covid-19 dan tidak diketahui oleh teman dokternya yang pada saat itu sedang menangani.

Baca Juga: Tak Ada Penularan Covid-19, Tahap Pertama Umrah Sukses Dilaksanakan dengan Diikuti 125 Ribu Jamaah

Menurut Adib terdapat dua cara screening Covid-19 yang bagus, yaitu PCR dan Computerized Tomography (CT scan).

"Ada dua cara yang lebih utama saat ini untuk mendeteksi Covid-19 yaitu PCR dan CT scan," ujar Adib.

Namun saat ditanya oleh Deddy Corbuzier tentang pendapat Ketua IDI tentang beredarnya rapid test saat awal kemunculan Covid-19, ia menjawab ada alasan kurangnya alat PCR di rumah sakit daerah.

Baca Juga: 'Senjata Makan Tuan' Nyamar Jadi Mahasiswa Demo, Perwira Dihajar Polisi, Apakah Benar Ada Penyusup ?

"Memang dari awal kita sampaikan, namun pada saat itu ada alasan bahwa alat PCR yang ada di rumah sakit terbatas," jawab Adib sembari tertawa.

Namun Adib mengatakan saat ini alat PCR sudah berkembang di 70 tempat yang tersebar di berbagai rumah sakit daerah.

Pihaknya mengatakan bahwa jika screening mengandalkan rapid test saja itu tidak cukup, perlu adanya test PCR agar lebih akurat.

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x