PR CIREBON - Pemberlakuan dekrit darurat yang melarang demonstrasi semacam itu telah dikeluarkan oleh pemerintah Thailand sebagai upaya untuk menekan demonstrasi yang sebagian besar berjalan damai dengan menjadikan monarki sebagai target.
Meskipun demikian, gerakan demokrasi yang dipimpin mahasiswa terus berlanjut, menyebabkan banyak penangkapan.
Puluhan ribu orang turun ke jalan dalam gelombang protes di seluruh Bangkok dan kota-kota Thailand lainnya pada, Sabtu 17 Oktober 2020, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI.
Baca Juga: Omnibus Law Bukti Mazhab Otoriter Pemerintah, Fahri Hamzah: Tak Bisa Dibiarkan, Demokrasi Harus Ada
Pengunjuk rasa menentang tindakan keras pemerintah kepada mereka dalam tiga bulan demonstrasi yang ditujukan kepada Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan sistem monarki.
“Itu sudah melewati batas (Tindakan, red). Kami ingin menunjukkan kepada mereka kekuatan kami dan bahwa kami tidak dapat menerima ini," kata seorang pekerja kantoran berusia 27 tahun bernama Tang, seperti dilansir Reuters.
Menurut pengunjuk rasa, banyak pengunjuk rasa melakukan aksi akibat penggunaan meriam air oleh polisi pada Jumat 16 Oktober.
Cara itu dilakukan polisi untuk membubarkan ribuan pengunjuk rasa yang dipimpin para pemuda yang termasuk banyak remaja.
Baca Juga: Usai Biofarma Jadi Perusahaan Global, Indonesia Jalin Kerjasama dengan Stadler Rail
Namun berbeda dengan sebelumnya, Polisi tidak turun tangan untuk membubarkan peserta unjuk rasa kali ini. Demonstrasi pun bubar setelah beberapa jam dilakukan.