Dicap Penghianat, Gatot: Saya Tak Peduli, Kadrun Sekalipun, Demi Sumpah Setia pada Tanah Air

- 17 Oktober 2020, 20:05 WIB
Tangkapan Layar Gatot Nurmatyo dalam Yotube Karni Ilyas Club
Tangkapan Layar Gatot Nurmatyo dalam Yotube Karni Ilyas Club /

PR CIREBON - Setelah membatalkan program andalannya, Indonesia Lawyers Club (ILC), Karni Ilyas kini akan wawancaranya eksklusif dengan Mantan Penglina TNI, Gatot Nurmantyo, Jumat 16 Oktober 2020.

Menurut Gatot ada hal-hal yang sangat mendidik dirinya saat RUU HIP dan kondisi bangsa yang sedang dialami oleh dua hal yang sangat sensitif dan sangat perlu perhatian yaitu Covid-19 dan ekonomi bangsa.
 
"Di situ teringat bahwa saya pernah bersumpah dan teman-teman saya juga pernah semuanya kemudian prajurit TNI dan Bhayangkara polri yang dia dilantik sebagai kepolisian sebelum tahun 2002, sumpahnya semua sama antara lain setia kepada negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945 dan itu semua sumpah kepada pribadi. itulah yang menyebabkan saya ternyata masih punya hutang kepada negara dan pada sumpah." ucap Gatot, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari video yang diunggah pada akun YouTube Karni Ilyas Club.
 
 
Sebelum KAMI lahir dan tercipta, saya berdiskusi dengan pak Bachtiar Hamsah, pak afdan, pak Abdul, dan Din Syamsudin yang mana akhirnya kita harus menyuarakan ini agar ada organisasi yang menyuarakan agar suara ini didengar oleh negara dan pemerintah. 
 
Dengan latar belakang sumpah dan setia pada negara kesatuan Republik Indonesia dengan dasar Pancasila dan UUD 45.
 
Dalam tiga bulan kita diskusi dengan kelompok-kelompok kemudian yang intinya bahwa tuntutan yang akan kami sampaikan itu adalah suara Hati rakyat sehingga KAMI di bentuk.
 
 
Pada dasarnya, KAMI ini menyampaikan pendapat ini baik secara tertulis ataupun suara untuk pemerintah, dan KAMI Solusi-solusi apa yang harus d lakukan. Karena KAMK adalah gerakan moral dan kami tidak akan memposisikan sebagai oposisi.
 
"KAMI ini sebagai kantor publik, memberikan, menyampaikan apa yang dirasakan masyarakat." ujar Gatot.
 
"Kalo politik yang diperjuangkan adalah kekuasaan, sedangkan KAMI yang diperjuangkan adalah nilai." tegas Gatot.
 
KAMI menyampaikan dan membuat surat kepada DPR MPR DPD untuk bisa bertemu untuk menyampaikan hal perlu disampaikan namun sampai sekarang belum ada tanggapan sama sekali dari seluruh lembaga.
 
 
Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini, juga tak peduli disebut sebagai kadrun (kadal gurun) oleh beberapa kalangan di tanah air. Sebutan itu kata Gatot mulai diarahkan kepada dirinya ketika mengenakan peci putih kala mendampingi Presiden Joko Widodo untuk bertemu dengan massa Aksi 212 pada 2016 silam.
 
Gatot mengatakan hal itu sebagai resiko dari apa yang telah dilakukannya. Sebab, kata dia dirinya hanya menjalankan tugasnya sebagai Panglima TNI untuk mengamankan Presiden Jokowi. Baginya, apa yang dia lakukan pasti diketahui oleh Tuhan.
 
Hal itu diungkapkan Gatot saat wawancara dengan Karni Ilyas dalam tayangan bertajuk Karni Ilyas Club - "Manuver Jenderal Gatot" dalam kanal Youtube Karni Ilyas Club pada Jumat 16 Oktober 2020.
 
 
"Bagi saya, saya memegang teguh doktrin yang selalu saya terima yaitu asas tujuan. Apabila asas tujuan tercapai, risiko semuanya itu, kalau cuma ke saya sendiri, saya mau dibilang apa. Di 212 pun saya juga dibilangnya orangnya pemerintah. Jadi saya `tidak disukai keduanya` itu resiko lah. Biasa saja begitu, seperti mau dibilang apa atau apa. Pada saat usia sekarang ini, mau dibilang kadrun, ya Allah tahulah apa yang saya lakukan, itu saja kunci saya, makanya saya santai-santai saja," kata Gatot.
 
Apa yang dilakukannya ketika itu, kata Gatot, tidak lain untuk menunjukan bahwa meski pada saat itu menjabat sebagai Panglima TNI merupakan aparat, namun di satu sisi ia juga bagian dari dari mereka. Dengan demikian, kata Gatot, saat itu ia dapat tetap berkomunikasi dengan massa aksi tersebut.
 
Di samping itu apa yang dilakukannya pada saat itu, kata Gatot, tidak lepas dari peristiwa sebelumnya di mana demonstrasi 411 di depan Istana Negara berujung ricuh.
 
"Kekuatan Paspamres di situ pada saat itu katakanlah 400. Itu tidak bisa melawan jutaan orang di situ, walaupun niatnya baik. Contohnya, 212 ingin salaman saja dengan presiden, bersama-sama ke sana, tidak bisa dicegah. Maka saya menggunakan peci putih, tujuannya untuk menunjukan saya ini aparat lho, tapi saya juga bagian dari Anda. Jadi kalau saya bersuara, didengar oleh mereka," kata Gatot.
 
 
Istilah Kadrun yang merupakan akronim dari kadal gurun diketahui muncul menjelang atau setelah momen politik tertentu misalnya Pilkada 2012 dan Pilpres 2019. Kadrun juga kerap dihubungkan dengan kelompok tertentu di Indonesia.
 
"Saya ulangi bahwa KAMI ini adalah kumpulan orang-orang yang berbeda dengan mendasarkan moral, jadi kalau politik itu berjuang kekuasaan kalau kayak berjuang untuk sebuah nilai. Kalau ini menjadi partai maka saya tegaskan bahwa orang-orang KAMI dikenal, KAMI presidium KAMI adalah menghianati karena kepercayaan rakyat akan hilang. Saya ulangi kalau KAMI ini berubah menjadi partai maka catat semua masyarakat bawah deklarator apalagi presidium kami adalah menghianati!" tegasnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x