Yakini Ideologi PKI Tak Pernah Mati, Tengku Zul: Yang Mengatakan Mati, Itu Menentang Teori Ilmiah

- 1 Oktober 2020, 16:43 WIB
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnain, Instagram/@tengkuzulkarnain.id
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnain, Instagram/@tengkuzulkarnain.id /

PR CIREBON - Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Tengku Zulkarnain, meyakini ideologi komunisme tidak pernah mati di Indonesia.

Ia juga menyamakan ideologi tersebut seperti penyimpangan seksual kaum homo dan lesbian, serta atheis.

“Jadi akan hidup terus. Misalnya perilaku kaum Lut, homo dan lesbi, itu kan sudah mati semua tetapi masih ada sampai sekarang. Atheis juga sudah dimatikan tetapi sampai sekarang masih ada. Jadi, yang mengatakan (ideologi PKI) mati, itu menentang teori ilmiah,” ujar Tengku Zul saat menjadi pembicara pada Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, yang mengangkat thema Ideologi PKI Masih Hidup?, Selasa malam, 29 September 2020.

Baca Juga: Isu PKI Mainan Elite Penting dan Dinamis, Pengamat: Tidak dengan Cara Menuduh dan Menyudutkan

Lebih lanjut, ia juga mengatakan gejala bangkitnya PKI tampak di permukaan terjadi kemungkinan karena pemerintah memberi ruang.

“Saya menilai pemerintahan sekarang memberi angin kepada PKI seperti Bung Karno,” ucapnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekobnomi.

Tengku Zul menceritakan bagaimana pemberontakan PKI yang dipimpin Muso di Madiun meletus pada 1948. Meski kemudian dibasmi tetapi ideologi tersebut ternyata masih hidup.

Baca Juga: Gagasan KAMI Dinilai Buat Suhu Politik Memanas, Moeldoko: Kita Tidak Perlu Menyikapi Berlebihan

“Pada 1952 datang anak muda komunis ke rumah Bung Karno. Sebuah rumah yang dihadiahkan tokoh Islam. Diterimalah DN Aidit. Bung Karno berubah karena dia berpikir nasionalis, agamis religius, dan komunis. Jadi komunis ini diterima lagi oleh Soekarno,” ucapnya.

Menurut dia, sikap Soekarno itu menyebabkan Muhammad Hatta menarik diri sehingga kemudian jadilah Bung Karno presiden tanpa wakil presiden. Masyumi juga menarik diri, meski sebelumnya tercatat sebagai pemenang pemilu pada tahun 1955.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x