PR CIREBON - Pengamat politik dari Universitas Jember Hermanto Rohman mengatakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jember akan berbeda dari kebanyakan, karena memiliki tiga keunikan.
Adapun keunikan pertama adalah, calon petahana yang tidak akan didukung partai yang sama pada periode sebelumnya.
"Keunikan pertama adalah kebiasaan calon petahana yang awalnya didukung oleh partai, maka pada periode kedua pencalonannya mestinya berangkat dengan partai yang sama untuk melanjutkan programnya, namun tidak di Jember," ungkapnya di Kabupaten Jember, belum lama ini.
Baca Juga: PDIP Cemas Kalah Pilkada Solo 2020 sampai Megawati Turun Gunung, Pengamat: Harga Diri Dipertaruhkan
Kemudian berikutnya, Pilkada Jember kali ini, justru partai pendukung sebelumnya dan hampir semua partai tidak mau memberikan rekomendasinya kepada petahana.
Meskipun, petahana sempat mendaftar ke salah satu partai politik besar juga, sebelum akhirnya memilih jalur perseorangan.
"Keunikan kedua adalah dengan komposisi dukungan partai pada dua (bakal) pasangan calon dan satu calon perseorangan (petahana) menjadikan persepsi bahwa Pilkada Jember adalah kekuatan parpol vis a vis kekuatan rakyat pada petahana," jelasnya, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.
Baca Juga: Jokowi Tak Minta Wapres Maju di Sidang Majelis Umum PBB, Pidato Presiden Ternyata melalui Taping
Bahkan, hitungan politik di Pilkada Jember pun berbeda, jika banyak daerah biasanya petahana maju kembali pasti diperhitungkan sebagai calon kuat, termasuk di Jember kecuali kalau figur petahana bermasalah.
"Keunikan ketiga pilkada itu dimulai dengan konflik berkepanjangan hubungan tidak harmonis antara eksekutif dan legislatif, sehingga muncul putusan mufakat secara politik melalui hak menyatakan pendapat untuk melengserkan petahana," tambahnya.