Banyak Kampus Sengaja Hambat Berpikir Kritis, Rocky Gerung: Hilangkan Independensi demi Feodalisme

- 20 September 2020, 08:30 WIB
Rocky Gerung/BBC
Rocky Gerung/BBC /

PR CIREBON - Pengamat politik, Rocky Gerung, menyebut faktor penghambat berpikir kritis di kampus dan sekolah ialah feodalisme, seperti yang tercantum dalam sejarah kebanyakan.

Meskipun, ia pun paham bahwa kampus atau sekolah merupakan panggung bagi siapa pun yang punya dalil, seolah mereka yang menempati jabatan petinggi kampus hanya memuja kapitalisme hingga menghilangkan independensi kampus.

"Kampus jangan menyusu pada kapitalisme, apalagi menyusu pada kekuasaan. Akibatnya menghilangkan independensi kampus, hilang sikap kritis. Semua yang punya dalil mesti diberi ruang merdeka oleh kampus," ungkap Rocky dalam diskusi virtual bertajuk 'Higher Order Thinking Skills dalam Pembelajaran Sosiologi Antropoligi; yang diselenggarakan Asosiasi Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Indonesia (APPSANTI) pada Jumat, 18 September 2020.

Baca Juga: Kasus Mutilasi Kalibata City Sadarkan Bahaya Medsos, DPR Minta Pemerintah Regulasi Aplikasi Online

Apalagi, ia mengetahui faktor feodalisme yang menjadi penghambat berpikir kritis, seharusnya tidak boleh dipelihara oleh kampus.

Namun sebaliknya, kampus atau sekolah seharusnya menjadi tempat tumbuh suburnya rasionalitas, sikap-sikap kritis dan analitik yang mesti dibiasakan.

"Kampus atau sekolah mestinya menjadi tempat tegur-menegur pikiran. Kejujuran menegur teman berpikir akan menghasilkan pikiran-pikiran baru. Ide-ide baru, inovasi baru. Mengkritik itu mengkritik pikiran, bukan menilai individu secara subjektif," jelas Rocky, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi.

Baca Juga: Tersindir PKS Bicara Penegakan Hukum Indonesia Jelek, Mahfud MD: Hanya Baca Judul, Tanpa Simak Isi

Dengan demikian, pemikiran kritis yang diajarkan di sekolah seharusnya berdasarkan metodologi, bukan ideologi yang membuat argumen kebencian subjektif.

"Mengajarkan berpikir kritis di sekolah itu mesti punya alat dan alatnya adalah metodologi, bukan ideologi. Ini penting agar sikap kritis itu didasari argumen-argumen, bukan kebencian ideologis yang subjektif," tandas Rocky.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x