Pemerintah Pahami Kondisi Makro Industri Minyak Goreng

- 21 Mei 2022, 19:01 WIB
Presiden Jokowi; Persoalan minyak goreng bukan persoalan yang mudah./pikiran-rakyat.com
Presiden Jokowi; Persoalan minyak goreng bukan persoalan yang mudah./pikiran-rakyat.com /

 

SABACIREBON-Pemerintah memahami betul kondisi makro industri minyak goreng.
 
Minyak goreng hendaknya dilihat sebagai rangkaian proses, yang membutuhkan kehadiran banyak petani,  lahan luas, skill yang memadai, industri yang moderen, pasar global, rangkaian tengkulak atau pengepul dan jaminan ketidak pastian bagi petani sawit.
 
Industri minyak goreng tidak berdiri sendiri. Itu terlihat, baik dari rangkaian awal proses budidaya, penyiapan lahan yang luas, intensifikasi pupuk, persiapan procesing produksi dan pasca panen yang merambah ke tata niaga yang luas dan global serta diversifikasi produksi dari bahan-bahan asal sawit sehingga melahirkan banyak produk turunan yang tidak semata-mata hanya minyak goreng.
 
 
Belakangan ini produk sawit dan Crude palm oil (CPO), sudah masuk ke rangkaian proses untuk menghasilkan energi dalam bentuk bahan bakar bio solar.
 
Makanya ketika pemerintah melakukan larangan ekspor minyak goreng, dampak yang ditimbulkannya menyentuh banyak aspek.
 
Sangat banyak
"Kita menyadari urusan minyak goreng bukan merupakan persoalan yang mudah untuk ditangani oleh pemerintah, karena terdampak harga di tingkat global," kata Presiden Jokowi dalam  Rakernas V organisasi relawan Projo, di Jawa Tengah, Sabtu, yang disaksikan secara virtual di Jakarta.
 
 
Menurut Presiden, larangan ekspor minyak goreng suatu kebiajakan yang tidak mudah. Mengutip Antara, Jokowi menilai harga TBS (Tandan Buah Segar) sawitnya jatuh, turun. Petani sawit, pekerja sawit, 17 juta orang. Negara ini dipikir gampang, tidak mudah

"Minyak goreng ini bukan persoalan mudah. Sudah sejak awal Januari saya melihat naik, naik, naik, kenapa? Sama seperti harga pangan lain, karena harga internasionalnya tinggi, harga globalnya tinggi, semua barang mengikuti, ketarik ke sana, karena harga minyak goreng terutama di Eropa, Amerika, naiknya tinggi," ujar Presiden Jokowi.

Kepala Negara menekankan sudah beberapa kebijakan dilakukan untuk mendorong penurunan harga minyak goreng, namun harga tetap naik. Hingga akhirnya Presiden memutuskan menghentikan ekspor minyak goreng.
 
Baca Juga: Kiper Utama Persib, Teja Paku Alam Alami Patah Tulang Tangan, Dokter: Butuh Waktu Panjang Untuk Pulih

"Tapi itu juga kebijakan yang tidak mudah. Begitu disetop, harga TBS (Tandan Buah Segar) sawitnya jatuh, turun. Petani sawit, pekerja sawit, 17 juta orang. Negara ini dipikir gampang, tidak mudah," kata Presiden Jokowi.

Penerimaan negara
Di sisi lain, kata Presiden, selain urusan petani dan pekerja sawit, pemerintah juga memikirkan urusan penerimaan negara, dari pajak sawit, bea ekspor sawit, bea keluar sawit, serta PNBP dari sawit, yang nilainya sangat besar, mencapai kurang lebih Rp60-70 triliun.

"Besar sekali, padahal APBN sangat membutuhkan penerimaan negara. Jadi kenapa sampai 4 bulan kita tidak berani setop ekspor itu, juga karena itu. Tapi ini kuncinya sudah ketemu.Ini dalam 1-2 minggu InsyaAllah yang namanya minyak goreng curah akan berada di harga Rp14 ribu," jelas Presiden Jokowi.
 
Baca Juga: Presiden Jokowi: Jangan Tergesa-gesa Membicarakan Calon Presiden

Presiden pun mengakui terpaksa menekan produsen besar untuk menurunkan harga minyak goreng, demi kepentingan masyarakat banyak.

"Saya sebenarnya tidak senang menekan-nekan mekanisme pasar, itu tidak senang, tapi yang ini terpaksa harus dilakukan, harus dilakukan," kata Presiden Jokowi.

Menurut Presiden, sudah Rp 14.500/lt
Presiden mengatakan sebelum menghadiri Rakernas V Projo dirinya sempat mengecek harga minyak goreng di Pasar Muntilan, Magelang. Di sana dia memperoleh informasi harga minyak goreng Rp14.500 per liter.
 
Baca Juga: Mei sampaiJuni Hampir Semua Warga Korea Utara Bisa Terinfeksi Omicron

"Saya besok mau cek lagi di pasar-pasar lain. saya kira mungkin dalam 1-2 minggu ini semua pasar harganya kurang lebih seperti itu," ujar Presiden Jokowi.

Lebih jauh Presiden menyampaikan harga minyak goreng di Indonesia jauh lebih murah dibandingkan negara lain. Di Jerman, harga minyak goreng per liter Rp47 ribu, di Singapura Rp41 ribu per liter, di Amerika Rp45 ribu per liter.

Artinya,kata dia, Indonesia masih bisa mengendalikan inflasi dan kenaikan harga-harga. Meskipun begitu, dia meminta masyarakat bersiap dengan berhemat dan menabung, guna menghadapi ketidakpastian kondisi global yang belum jelas dan tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.***

Editor: Aria Zetra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x