Situasi Memanas, NU Sebut Demokrasi di AS Sedang Sekarat dan Tak Sekokoh yang Didengungkan

- 6 Juni 2020, 10:43 WIB
Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirodj.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirodj. //PMJ News

PR CIREBON -  Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siroj menyebut demokrasi di Amerika Serikat tengah rapuh bahkan sekarat. 

Menurut Said Aqil, demokrasi Amerika Serikat tengah sekarat karena menghasilkan pemimpin konservatif. Pemimpin tersebut menggiring demokrasi ke titik antiklimaks dengan retorika-retorika politik liberal yang selama ini banyak dimusuhi.

"Perubahan haluan yang drastis dari presiden yang diusung Partai Demokrat (Obama) ke presiden yang diusung Partai Republik (Trump) menunjukkan fondasi demokrasi Amerika tidak sekokoh seperti yang didengung-dengungkan," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, 5 Juni 2020.

Baca Juga: Rapid Test Dikenakan Biaya, DPRD: Seharusnya Gratis

Diskriminasi rasial dan kesenjangan ekonomi telah menjadi cacat bawaan seperti telah disinggung oleh Gunnar Myrdal sejak 1944 dalam bukunya An American Dilemma.

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika ke-45 telah menguak borok demokrasi Amerika yang selama ini tampil bak ‘polisi’ demokrasi dunia.

Kampanye ‘hitam’ Trump di musim kampanye Pilpres AS yang rasis, yang menunjukkan sentimen negatif terhadap imigran kulit warna dan kaum Muslim, telah menabung bara api yang meledak dalam kerusuhan rasial sekarang.

Baca Juga: Beredar Luas Video PKI Menyamar Sebagai Dokter yang Tangani Covid-19, Begini Faktanya

"Demokrasi Amerika akan terus dihantui oleh pertarungan abadi antara ide persamaan hak dan prasangka rasial. Keyakinan Myrdal bahwa pada akhirnya demokrasi akan menang atas rasisme tidak terbukti sampai sekarang. Diskriminasi atas warga Afro-Amerika telah memicu kerusuhan rasial yang terus berulang hingga 11 kali dalam setengah abad sejak 1965," kata dia dilansir Antara.

Ia mengatakan keadilan, persamaan hak, pemerataan, dan perlakuan tanpa diskriminasi terhadap seluruh kelompok masyarakat merupakan nilai-nilai demokrasi yang gagal dicontohkan Amerika.

Standar ganda yang sering digunakan Amerika dalam isu HAM, perdagangan bebas, dan terorisme menunjukkan wajah bopeng demokrasi yang tidak patut ditiru, ujar dia.

Baca Juga: Tersiar Kabar Legenda Argentina Diego Maradona Jadi Gendut akibat Lockdown Covid-19, Ini Faktanya

Nahdlatul Ulama (NU) memandang bahwa demokrasi masih merupakan sistem terbaik yang sejalan dengan konsep syûrâ di dalam Islam.

Namun, NU menolak penyeragaman demokrasi liberal ala Amerika sebagai satu-satunya sistem terbaik untuk mengatur negara dan pemerintahan.

"Indonesia tidak perlu membebek Amerika dan negara manapun untuk membangun demokrasi yang selaras dengan jati diri dan karakter bangsa Indonesia," kata dia.

Baca Juga: Cek Fakta: Alih-alih Menanggapi Curhatan, Benarkah SBY Sebut Fadli Zon Ikan Buntal? Berikut Faktanya

Demokrasi yang perlu dibangun tetap harus berlandaskan pada prinsip musyawarah-mufakat dalam politik dan gotong royong dalam ekonomi. Demokrasi yang sejalan dengan penguatan cita politik sebagai bangsa yang nasionalis-religius dan religius-nasionalis.

Nahdlatul Ulama memandang bahwa kejadian kerusuhan rasial di Amerika saat ini perlu menjadi bahan refleksi serius agar peristiwa serupa tidak terulang di negara mana pun, pungkas Said Aqil.***

Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x