Kisah di Balik Buaya Berkalung Ban di Sulawesi Tengah, Muncul Sejak 4 Tahun Lalu dan Sering Main Kucing-kucingan

- 16 Februari 2020, 08:00 WIB
Buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi Tengah.*
Buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi Tengah.* //Instagram @MattWright

PIKIRAN RAKYAT - Fenomena buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi Tengah kini sedang menjadi topik utama pembicaraan. Pasalnya buaya berkalung ban ini sudah ada sejak 2016 yang lalu.

Berawal dari kemunculan buaya berkalung ban ini, Dinas Badan Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah sudah berupaya melakukan penyelamatan dengan mengeluarkan ban dari leher buaya tersebut.

Beberapa upaya yang dilakukan diantaranya dengan jala yang diberi pemberat dan menggunakan kerangkeng, namun upaya tersebut tidak berhasil.

Baca Juga: Gerebek Klinik Aborsi Ilegal, Polisi Temukan Ratusan Janin di Dalam Septic Tank

Tak hanya cukup sampai disana, tim BKSDA pun mepersilahkan Rescuer Panji Petualang untuk membantu penyelamatan tersebut, namun lagi-lagi upaya penyelamatan gagal dilakukan.

Setelah semua langkah penyelamatan coba dilakukan oleh tim BKSDA hingga 2020 ini selalu gagal, akhirnya baru-baru ini mereka mengadakan sayembara.

"Siapaun yang berhasil melepaskan kalung ban dari buaya akan mendapatkan hadiah yang setimpal dari BKSDA Sulawesi Tengah," kata Kepala Badan BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar.

Baca Juga: Mengenal MBTI: INTP dan ENTP, Kepribadian Manusia Berikut Aktivitas yang Cocok untuk Dilakukan

Pasalnya, saat muncul pertama kali, buaya itu masih kecil namun semakin hari badannya semakin membesar dan ban sepeda motor yang mengalunginya makin mencekik leher. Selain itu, diduga buaya tersebut masih akan terus tumbuh dan bertambah besar.

Namun sayembara dari BKSDA sepi peminat, karena di Indonesia sendiri tidak banyak ditemukan orang yang ahli menjinakkan hewan pemakan daging itu.

Setelah akhirnya upaya sayembara tersebut dihentikan, BKSDA memutuskan untuk membentuk SATGAS yang terdiri dari Polisi Air dan Udara Polda Sulawesi Tengah, serta tim KKH Jakarta.

Baca Juga: Dijuluki 'Queen of Heartbreak', Berikut 10 Lagu Perpisahan Ciptaan Taylor Swift yang Menyayat Hati

"Upaya melepaskan ban di leher buaya tidak akan menggunakan tembakan bius, namun menggunakan metode harpun, sejenis alat tombak yang dibuat lebih aman," kata Ketuga Satgas.

Biasanya, buaya malang ini muncul berjemur hingga ketepian atau kadang hanya sekadar kepalanya muncul di tengah arus sungai, tidak ada yang tahu pasti kenapa ban tersebut bisa mengalungi lehernya.

Namun warga setempat juga sering menjumpai dua sampai tiga ekor buaya yang sering muncul di sekitar muara sungai Palu, yang sejak dulu memang dihuni buaya muara.

Baca Juga: Asah Bakat Anak SD dan TK Berbahasa Internasional, Cirebon Islamic School Adakan Kompetisi

Upaya penyelamatan tim Satgas dimulai sejak 6 Februari 2020 dengan strategi penyisiran dan pengumpanan menggunakan ayam, bahkan memasang pukat jala.

Namun, buaya jenis Crocodylus Porous tersebut terlibat kucing-kucingan dengan tim satgas yang menyasarnya karena kemunculanya yang memang tidak terlalu sering.

Di tengah kebingungan Dinas BKSDA Sulawesi Tengah dan Tim Satgas, muncullah dua ahli reptil asal Australia yang diduga telah mengetahui kejadian ini dari lama, namun pihaknya masih menunggu kontak dari Indonesia.

Baca Juga: Budayawan Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Galuh Brutal, Bupati Ciamis: Kalau Perlu Dituntut secara Hukum

"Saya telah mengamati buaya ini dari 18 bulan terakhir, mencoba mencari cara dan strategi penyelamatan terbaik dari jarak empat meter untuk melepaskannya dari jeratan ban yang menyiksa itu," tulis Ahli Reptil asal Austrasil Matt Wright sebagaimana PikiranRakyat-Cirebon.com kutip dari akun Instagram @mattwright.

Akhirnya, Matt Wright dan Chris Wilson menjadi bagian tim yang dipimpin oleh Kepala Seksi Konservasi Wilayah Haruna untuk mulai menyelamatkan buaya berkalung ban tersebut.***

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x