Fanatisme Berlebihan Tindakan Berbahaya, Jazilul Fawaid: Menjadi Fenomena Global Mesti Diwaspadai

- 5 Desember 2020, 08:38 WIB
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Jazilul Fawaid. ANTARA/HO-MPR RI/am.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Jazilul Fawaid. ANTARA/HO-MPR RI/am. /


PR CIREBON – Fanatisme berlebihan bisa merusak kemajemukan karena akan melahirkan sikap yang merasa paling benar dan semaunya sendiri.

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Jazilul Fawaid, dalam pernyataannya di Jakarta yang dilansir Pikiranrakyat-Cirebon.com dari Antara News.

"Fanatisme yang berujung pada tindakan radikal menjadi fenomena global yang mesti terus-menerus diwaspadai," kata Gus Jazil, sapaan akrab Jazilul, pada Jumat, 4 Desember 2020 malam.

Baca Juga: Rawan Pelanggaran di Masa Tenang Pilkada 2020, Bawaslu Jateng: Jangan Politisasi Program Pemerintah

Sikap merasa golongannya paling benar, sedangkan yang lain salah, menurutnya, jelas bertentangan dengan sistem demokrasi di Indonesia.

"Jelas tindakan tersebut berbahaya bagi Indonesia yang majemuk agama, bahasa, dan suku bangsanya," kata Gus Jazil.

Gus Jazil mendorong pemerintah untuk mencegah dan menindak sedini mungkin agar tertutup celah lahirnya pikiran dan sikap radikalisme. Menurut politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, pemerintah perlu membuka dialog dengan semua kalangan secara terus-menerus.

Baca Juga: Dobel Penerima Bansos APBD Kerap Terjadi, Pemkot Magelang Pastikan Tidak Akan Terjadi

"Pemerintah harus menunjukkan sikap keteladanan dengan menghidupkan budaya dialog serta menghindari kebijakan dan tindakan yang dapat mencederai rasa keadilan bagi warganya," ujarnya.

Dia mengungkapkan bahwa fanatik berlebihan sampai menjadi radikal masih tumbuh subur, berarti demokrasi di negara ini belum berjalan dengan baik. Di sisi lain, ia menuturkan, demokrasi merupakan alat untuk melahirkan kesejahteraan dan keadilan yang merata.

"Jika tidak bisa menangkal paham tersebut, kita patut introspeksi terhadap perjalanan demokrasi di Indonesia," tutur Gus Jazil.

Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 Tembus Rekor Tertinggi, Puan Maharani: Pemerintah Harus Evaluasi Menyeluruh

Sementara itu, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo juga menyebut radikalisme adalah ancaman yang memaksakan kebenaran absolut dalam tafsir tunggal yang memaksakan kebenaran dirinya serta yang lain salah.

"Ini harus dilawan dengan keyakinan, yaitu ideologi Pancasila," tegas Benny.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x