Ini Menurut Walhi Penyebab Banjir Bandang yang Menerjang Citengah

- 9 Mei 2022, 11:27 WIB
Citengah. Wahi tidak melihat kerusakan di hulu sungai sehngga menimbulkan banjir bandang di Kawasan wisata Ciengah Sumedang./pikiran-rakyat.com
Citengah. Wahi tidak melihat kerusakan di hulu sungai sehngga menimbulkan banjir bandang di Kawasan wisata Ciengah Sumedang./pikiran-rakyat.com /
 
SABACIREBON - Bupati Sumedang DR Dony Ahmad Munir meminta para pakar untuk mencari penyebab banjir bandang di Citengah.
 
Bupati Sumedang menyatakan hal itu saat meninjau Desa Citengah dan Desa Cipancar yang diterjang banjir bandang.
 
Banjir bandang terjadi Rabu sore, 4 Mei 2022. Sejumlah rumah serta pesawahan di dua desa itu rusak diterjang derasnya air yang bercampur lumpur.
 
 
Tercatat juga sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat hanyut terseret banjir.
 
Banjir bandang itu juga menghanyutkan seorang remaja puteri asal Indramayu, Aira, 13 tahun.
 
Jasad Aira ditemukan tiga hari kemudian di pinggiran sungai Cimanuk di Indramayu, puluhan kilometet dari Citengah, dalam keadaan sudah wafat.
 
 
Bupati Sumedang minta para pakar untuk mencari data secara komprehensif tentang penyebab banjir bandang itu.
 
Dengan data lengkap dan komprehensif, maka bisa diambil langkah dan solusi agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.
 
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat pun merespon keinginan bupati itu.
Hasilnya? 
Apakah penyebabnya itu karena tumbuhnya obyek wisata alam?
 
 
Meiki P Waedong dari Walhi Jabar menyatakan, bukan.
 
Di sekitar Citengah terdapat dua lokasi obyek wisata yakni Cisoka dan Margawindu.
 
Walhi Jabar menduga keberadaan obyek itu bukan penyebab terjadinya banjir bandang.
 
Meiki menjelaskan, lahan yang difungsikan untuk sarana wisata dan dikelola oleh warga setempat tersebar secara acak dan tidak mendominasi lanskap perkebunan.
 
 
"Jika dipersentasekan, perbandingan seluruh luas lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata tidak mencapai satu persen dari total luas area perkebunan," katanya.
 
Juga, lanjut Meiki, kawasan hulu sungai dan kawasan sekitar lokasi kejadian banjir bandang secara umum masih memiliki kemampuan sebagai kawasan tangkapan air.
 
"Hal ini bisa dibuktikan dari vegetasi hutan primer heterogen Taman Buru Gunung Kareumbi di sisi Timur dan Selatan lokasi banjir bandang. Kondisi hutannya masih sangat lebat," tuturnya.
 
 
Alih fungsi lahan juga bukan penyebab banjir bandang.
 
Memang permasalahan banjir bandang selalu mengarah pada dugaan adanya alih fungsi lahan.
 
Hasil observasi Walhi tidak menemukan alih fungsi lahan berskala besar dan luas secara permanen di kawasan hulu.
 
 
"Perkebunan Margawindu secara ekologi tidak banyak menghasilkan run off atau air larian yang masuk ke sungai saat turun hujan," Meiki  menjelaskan.
 
Penyebab banjir bandang Rabu itu, menurut hasil asesmen Walhi Jabar adalah curah hujan yang tidak mampu terserap oleh hutan Gunung Kareumbi sebagai kawasan hulu sungai.
 
"Air hujan dengan intensitas tinggi tidak mampu terserap sehingga langsung mengalir ke Sungai Citengah dan Sungai Citundun sebagai water runoff pada saat bersamaan hingga meluap," ujar Meiki.
 
 
Banjir bandang di Citengah pun terjadi akibat aliran Sungai Cihonje meluap setelah mendapat kiriman air dari Sungai Citengah dan Citundun, ditambah dua anak sungai yang bermuara ke Citengah.***
 
 
 
 
 
 

Editor: Aria Zetra

Sumber: Walhi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x