Presiden Emmanuel Macron Kritik Media atas Liputan Sikap Prancis Terkait 'Separatisme Islam'

- 16 November 2020, 17:10 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron: Presiden Emmanuel Macron mengkritik media terkait liputan tentang Prancis pada 'separatisme islam'.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron: Presiden Emmanuel Macron mengkritik media terkait liputan tentang Prancis pada 'separatisme islam'. //Instagram.com/@emmanuelmacron /

PR CIREBON - Presiden Emmanuel Macron menelepon seorang penulis New York Times untuk mengkritik liputan bahasa Inggris tentang sikap Prancis, tentang apa yang disebutnya 'separatisme Islam', setelah serangan baru-baru ini, dengan alasan bahwa itu sama dengan kekerasan yang 'melegitimasi'.

“Ketika Prancis diserang lima tahun lalu, setiap negara di dunia mendukung kami,” kata Macron kepada Ben Smith selama panggilan telepon, yang dijelaskan Smith dalam kolom Minggu-nya.

“Jadi ketika saya melihat, dalam konteks itu, beberapa surat kabar yang saya yakini berasal dari negara-negara yang berbagi nilai-nilai kita… ketika saya melihat mereka melegitimasi kekerasan ini, dan mengatakan bahwa inti masalahnya adalah bahwa Prancis itu rasis dan Islamofobia, maka saya katakan prinsip-prinsip dasar telah hilang," ujarnya.

Baca Juga: Pemerintah Sesalkan Pelanggaran Protokol Kesehatan, Satgas Covid-19 Desak Anies Baswedan Lebih Tegas

Dalam kolomnya tentang pertukaran mereka, Smith mengatakan presiden Prancis berpendapat "media asing gagal memahami 'laïcité'', atau sekularisme, pilar kebijakan dan masyarakat Prancis.

Dukungan domestik untuk garis tegas yang mengharuskan imigran untuk merangkul nilai-nilai "Prancis" lebih kuat dari sebelumnya, sejak majalah satir Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad pada bulan September.

Nabi yang sangat dihormati oleh umat Islam, dan segala jenis penggambaran visual tentang dirinya dilarang dalam Islam.

Baca Juga: Bicara Timbulkan Kerumunan Acara HRS, Doni Munardo: Kelak Dimintai Pertanggungjawaban dari Allah SWT

Karikatur yang dimaksud dipandang oleh umat Islam sebagai ofensif dan Islamofobia, karena dianggap menghubungkan Islam dengan "terorisme".

Halaman:

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x