Turki Serang Masalah Presiden Prancis dengan Muslim, Erdogan: Macron Perlu Perawatan Mental

- 25 Oktober 2020, 15:55 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. /PIXABAY/ Murat Hazar

PR CIREBON - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, melancarkan serangan baru terhadap mitranya dari Prancis, Emmanuel Macron, dengan mengatakan bahwa dia membutuhkan perawatan dan pemeriksaan mental atas sikapnya terhadap Muslim dan Islam, yang membuat Paris menarik duta besarnya di Ankara.

Awal bulan ini, Macron berjanji untuk melawan separatisme Islam, yang menurutnya mengancam untuk mengambil kendali di beberapa komunitas Muslim di sekitar Prancis, menuai teguran tajam dari Erdogan.

Baca Juga: Presiden Jokowi Harus Ganti Menteri, PDIP: Ada Manuver Politik Pilpres 2024, Hati-hati Kudeta

Prancis sejak itu diguncang oleh pembunuhan seorang guru sejarah pada awal bulan ini. Penyerang ingin membalas penggunaan kartun Nabi Muhammad oleh guru di kelas tentang kebebasan berekspresi.

"Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada tingkat mental," kata Erdogan dalam pidatonya di Kongres Provinsi Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Kota Kayseri, Turki tengah, Sabtu 24 Oktober 2020.

"Apalagi yang bisa dikatakan kepada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan yang berperilaku seperti itu kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya, yang merupakan anggota dari agama yang berbeda?" ujar Erdogan.

"Pertama-tama, lakukan pemeriksaan mental." tambahnya

Baca Juga: Tak Terlena Kasus Covid-19 Melandai, Anies Baswedan Tetap Perpanjang PSBB Transisi Jakarta

Seperti yang dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al-Jazeera, Prancis memanggil utusannya ke Turki untuk berkonsultasi setelah komentar yang "tidak dapat diterima" oleh Erdogan, yang mempertanyakan kesehatan mental Macron.

Komentar Presiden Erdogan tidak dapat diterima. Kelebihan dan kekasaran bukanlah metode. Kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal, kata seorang pejabat kepresidenan Prancis kepada kantor berita AFP.

Pejabat Elysee, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, juga mengatakan Prancis telah mencatat tidak adanya pesan belasungkawa dan dukungan dari Presiden Turki, setelah pembunuhan guru Samuel Paty di luar Paris.

Baca Juga: Turki Perluas Wilayah Operasi di Daerah Sengketa, Perpanjang Masa Kerja Kapal Seismik Oruc Reis

Presiden Turki mengatakan pada 6 Oktober setelah komentar awal Macron tentang separatisme Islam, bahwa pernyataan itu adalah provokasi yang jelas dan menunjukkan sikap yang tidak sopan dari pemimpin Prancis.

Macron bulan ini juga mengatakan Islam sebagai agama 'dalam krisis' di seluruh dunia, dan mengatakan pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang pada Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Prancis dan sekutu NATO-nya berselisih mengenai berbagai masalah termasuk hak maritim di Mediterania Timur, Libya, Suriah, dan yang terbaru konflik yang meningkat antara Armenia dan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh.

Baca Juga: Serbu Promo Shopee Gajian Sale! Ada Promo Gratis Ongkir, Cashback Kilat 100%, dan Flash Sale 60RB!

Erdogan dan Macron membahas ketidaksepakatan mereka dalam panggilan telepon bulan lalu dan setuju untuk meningkatkan hubungan dan menjaga saluran komunikasi tetap terbuka.

Erdogan, seorang Muslim yang saleh, dan partai AK konservatifnya telah memerintah Turki selama 18 tahun, setelah mengambil alih negara berpenduduk 75 juta orang itu selama krisis politik dan kemerosotan ekonomi pada tahun 2002.**

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x