Guru di Perancis Tewas Ditikam dengan Pisau Setelah Mempertontonkan Kartun Nabi Muhammad

- 17 Oktober 2020, 11:16 WIB
ilustrasi pembunuhan
ilustrasi pembunuhan /Google

PR CIREBON – Seorang pria bersenjata pisau pada hari Jumat membunuh seorang guru sejarah sekolah menengah, dengan menggorok lehernya di depan sekolah tempat dia mengajar di pinggiran kota Paris.

Menurut pihak kepolisian setempat aksi penusukan tersebut dianggap sebagai aksi terorisme.

Pelaku penyerangan ditembak mati oleh polisi yang sedang melakukan patroli tidak jauh dari tempat kejadian. Guru tersebut menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya di kelas, yang dianggap oleh umat Islam sebagai penghujatan, menurut sumber polisi.

Baca Juga: Ini Penjelasan KPK Tidak Dilibatkan Dewas Dalam Pembahasan Pengadaan Mobil Dinas

Jaksa anti-teror Prancis mengatakan sedang menyelidiki serangan itu, yang terjadi di Conflans Sainte-Honorine, di barat laut Paris. Presiden Emmanuel Macron tiba ditempat kejadian pada Jumat malam.

Salah seorang penyiar Prancis BFMTV melaporkan bahwa tersangka penyerangan berusia 18 tahun dan lahir di Moskow.

Insiden itu menggemakan serangan lima tahun lalu di kantor majalah satir Charlie Hebdo yang menerbitkan karikatur Nabi Muhammad.

Baca Juga: Resmi Menjadi Suami Istri, Nikita Willy dan Indra Priawan Menangis Lega dan Bahagia

Penerbitan karikatur Nabi Muhammad itu menimbulkan masalah di masyarakat Prancis.

Dalam kurun waktu kurang dari sebulan yang lalu, seorang pria asal Pakistan menggunakan pisau daging untuk menyerang dan melukai dua orang yang sedang merokok di luar kantor tempat Charlie Hebdo bermarkas pada saat serangan 2015.

Dalam penyerangan hari Jumat, sumber dari kepolisian mengatakan bahwa saksi mendengar penyerang berteriak “Allahu Akbar”, atau “Tuhan Yang Maha Besar”. Seorang juru bicara kepolisian mengatakan bahwa informasi itu sedang diperiksa.

Baca Juga: Pemerintah Indonesia akan Prioritaskan Palestina di DK-PBB Sebelum Masa Keanggotaan Berakhir

Sumber polisi lain mengatakan bahwa korban dipenggal dalam serangan itu, tetapi hal ini belum dikonfirmasi. Serangan itu terjadi di jalan depan sekolah menengah tempat korban bekerja.

Negara Prancis diserang

“Malam ini, Prancis diserang, seorang guru dibunuh secara keji,” tulis Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer di akun Twitter miliknya.

“Persatuan kami dan tekad kami adalah satu-satunya respons kami atas aksi terorisme itu,” ujar Jean, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.

Baca Juga: Kasus Pencurian Ikan Ilegal Rugikan Nelayan di Indonesia, Edhy Prabowo Bertemu Dubes Vietnam

Pada sebuah utas Twitter yang dikirim pada 9 Oktober berisi tuduhan bahwa seorang guru sejarah di Conflans Sainte-Honorine menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.

Utas tersebut berisi video seorang pria yang mengatakan putrinya, seorang Muslim, adalah salah satu murid di kelas itu. Dia terkejut dan kesal dengan tindakan gurunya.

Pria dalam video tersebut mendesak pengguna Twitter untuk mengadukan kepada pihak berwenang.

Baca Juga: Survei Elektabilitas Presiden 2024, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo Saling Bersaing

Gugus tugas

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerard Darmanin mengatakan dia telah membentuk gugus tugas untuk menangani serangan hari Jumat.

Prancis selama beberapa tahun terakhir mengalami serangkaian serangan kekerasan oleh militan Islam, termasuk pembunuhan Charlie Hebdo 2015, dan pemboman serta pembakaran pada November 2015 di teater Bataclan dan lokasi-lokasi di sekitar Paris yang menewaskan 130 orang itu.

Untuk masalah kartu itu dihidupkan kembali bulan lalu ketika Charlie Hebdo memutuskan untuk menerbitkannya kembali.

Baca Juga: Disebut Reformasi Ekonomi, Bank Dunia Beri Apresiasi Atas Pengesahan UU Cipta Kerja Omnibus Law

Kelompok militan Al-Qaeda mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, mengancam akan menyerang Charlie Hebdo lagi setelah menerbitkan ulang kartun tersebut.

Majalah tersebut mengatakan pada bulan lalu bahwa penerbitan kartun itu untuk menegaskan haknya atas kebebasan berekspresi, dan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak akan diam oleh serangan kekerasan. Pendirian itu didukung oleh banyak politisi dan tokoh masyarakat Prancis terkemuka.

Halaman:

Editor: Egi Septiadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x