PR CIREBON - Masa pandemi tak menyurutkan masyarakat untuk menyuarakan dukungan atau tuntutan terhadap kebijakan pemerintah. Inilah yang sedang dirasakan warga Amerika Serikat.
Dalam contohnya, saat seorang warga kulit hitam AS terbunuh secara keji oleh oknum polisi kulit putih AS. Maka, para demonstran bergegas membanjiri jalan-jalan di seluruh Amerika untuk mengecam pembunuhan George Floyd dengan tajuk Black Lives Matter.
Namun begitu, para pakar kesehatan masyarakat AS merasa khawatir dengan jarak yang begitu dekat antar para pengunjuk rasa.
Baca Juga: Kisah Pilu, Seekor Gajah yang Tengah Hamil Mati di Sungai setelah Diberi Makan Nanas Berisi Petasan
“Kerusuhan telah bertepatan dengan hari-hari terburuk pandemi sejauh ini di wilayah metropolitan,” kata Michael T. Osterholm, direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota.
Terlebih, kebanyakan pengunjuk rasa terlihat tidak menggunakan masker, sehingga ini lebih meresahkan dan memicu penyebaran klaster baru dari virus corona di Amerika Serikat.
Seperti yang ada dalam Pikiran Rakyat dari Associated Press bahwa sejauh ini, gelombang aksi protes pecah di tempat-tempat yang berpotensial sebagai lokasi penyebaran virus corona AS, meliputi Minneapolis-St. Paul, Chicago, Los Angeles, dan Washington.
Baca Juga: Peduli Pandemi Covid-19, Satbrimob C Pelopor Santuni Panti Asuhan dan Warga di Cirebon
"Sebagai sebuah bangsa, kita harus khawatir tentang rebound," ungkap Walikota Washington Muriel Bowser saat mengetahui gelombang aksi protes juga mencapai ibukota negara.
Bahkan, Gubernur New York Andrew Cuomo juga mengeluhkan banyaknya kerumunan orang, sehingga ia mulai resah akan ratusan orang yang dapat berpotensi terinfeksi virus corona dan mungkin menyebabkan timbulnya jarak sosial lebih lama di Amerika Serikat.