Itu membutuhkan simpatisan sekitar dua hingga tiga hari untuk mengumpulkan data pribadi pasien untuk melacak kontak mereka.
Sistem baru mendigitalkan seluruh proses, termasuk permintaan, dan dapat mengurangi waktu itu menjadi kurang dari satu jam, kata para pejabat.
Peneliti dapat menggunakannya untuk menganalisis rute transmisi dan mendeteksi kemungkinan hotspot infeksi.
Namun sistem ini telah menuai kritik karena alasan privasi.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Indonesia akan Dilanda Badai Panas Equinox di Akhir Bulan Mei? Simak Faktanya
Meskipun begitu sitem tersebut telah berhasil menekan infeksi virus dan membuat Korea Selatan berada pada tingkat yang relatif rendah yakni hanya 11.122 dibanding negara-negara lain yang kini menyalip posisi Korsel.
Tes pertama ini dilakukan pada bulan Mei, yang menelusuri distrik Itaewon Seoul yang dikenal dengan kehidupan malamnya, yang akhirnya menginfeksi setidaknya 206 orang.
"Survei epidemiologis yang lebih cepat berarti penemuan lebih cepat dari pasien potensial, yang membantu menahan penyebaran virus bahkan ketika ada sekelompok besar infeksi atau orang yang tidak menunjukkan gejala, seperti yang telah kita lihat dalam wabah klub malam," kata Yoon Duk-hee, direktur manajemen penyakit menular di Provinsi Gyeonggi, wilayah padat penduduk di dekat Seoul dikutip dari Reuters.
Yoon mengatakan dia dan pihak berwenang lainnya menggunakan EISS untuk melacak pergerakan orang pertama yang terdeteksi dalam wabah klub malam Seoul, saat dia mengunjungi sejumlah tempat termasuk dua klub malam dan tiga bar.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Indonesia akan Dilanda Badai Panas Equinox di Akhir Bulan Mei? Simak Faktanya