Brasil Gagal Atasi Pandemi, Suku Amazon Gunakan Obat Tradisional dari Kulit Pohon dan Madu

- 21 Mei 2020, 19:30 WIB
Suku Amazon di Brazil yang juga terkena dampak pandemi COVID-19 tampak mengenakan masker dan sarung tangan.*
Suku Amazon di Brazil yang juga terkena dampak pandemi COVID-19 tampak mengenakan masker dan sarung tangan.* / AFP/ Ricardo Oliveira/

"Dalam periode ketidakpastian besar seperti selama pandemi ini, orang akan selalu mencari apa yang mereka ketahui sebelumnya dan obat tradisional akan menawarkan.

“Sering kali ada beberapa manfaat, tetapi tidak ada bukti untuk keefektifannya, juga tidak diketahui aman. Jadi, tidak ada alasan untuk mengharapkan manfaat. Seseorang harus menjauh dari 'obat mujarab' tanpa jaminan kualitas dan keamana," kata Michael Heinrich, seorang profesor Etnofarmakologi di University College London.

Baca Juga: Berikan Pernyataan Berbeda, CDC Kini Sebut Covid-19 Tak Menyebar Lewat Permukaan Tempat atau Barang

Brasil telah mencatat jumlah kasus tertinggi ketiga di dunia, dengan lebih dari 270.000, sementara presidennya Jair Bolsonaro telah menolak perlunya pembatasan kuncian dan langkah-langkah jarak sosial.

Negara ini telah melaporkan sekitar 18.000 kematian sejak awal wabah dimulai.

Para aktivis telah memperingatkan bahwa suku asli Brasil berisiko 'dihancurkan' karena kerentanan mereka terhadap penyakit yang sangat menular.

Baca Juga: Indonesia Masih Berjuang Hadapi Covid-19, Tiongkok Datang Tawarkan Proyek Pembangunan dan Investasi

Mereka mengklaim bahwa badan pemerintah yang bertanggung jawab, FUNAI, telah gagal mengoordinasikan respons terhadap krisis di tengah kekurangan makanan, bahan bakar dan peralatan pelindung.

Antonio Carlos Bigonha, yang mengepalai kantor penuntutan publik yang bertanggung jawab atas urusan adat, mengatakan respons FUNAI telah 'nakal, lemah, tidak memadai' dan mencerminkan dukungan pemerintah untuk kebijakan asimilasi penduduk asli.

"Lingkungan Covid-19 sangat parah, karena integrasi saja buruk, tetapi dalam konteks pandemi adalah genosida," Mr Bigonha mengatakan kepada Associated Press.

Halaman:

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x